Forum Doktor Muslim: Spirit Hijrah Rasulullah dan Para Sahabat Berbasis Perubahan Sistem dengan Landasan Ideologi Islam
Mediaumat.id – Mencontoh hijrahnya Rasulullah SAW, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengatakan bahwa spirit hijrah Rasulullah dan para sahabat itu berbasis perubahan sistem dengan landasan ideologi Islam.
“Spirit Rasulullah SAW dan para sahabat itu sebenarnya adalah hijrah peradaban, berbasis perubahan sistem dengan landasan ideologi Islam,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Tinggalkan Kezaliman Menuju Keadilan Islam, Jumat (21/7/2023) di kanal YouTube Khilafah News.
Menurutnya, menjadi sangat penting bagi negeri ini memanfaatkan momentum hijrah bukan hanya individual dan ritualistik, tetapi harus sistemik dan ideologis menuju peradaban Islam.
Ahmad menilai, dengan melihat realitas hari ini, menunjukkan negeri ini belum berhijrah. Misalnya adalah banyaknya keburukan, tentang ekonomi yang tidak beranjak membaik, perilaku koruptif, kemiskinan dan lainnya yang tidak bisa disebutkan.
“Kalau kita flashback di zaman Rasulullah, itu kan nilai filosofis dari hijrah itu perubahan dari tidak baik menuju baik. Lebih spesifik lagi dari kondisi tidak islami menuju kondisi yang islami,” jelasnya.
Selain itu, ia juga membeberkan terkait dengan makna hijrah yang menurut Imam Ibnu Qayyim terbagi menjadi dua yaitu hijrah fisik dan hati. Terkait dengan hijrah fisik, menurutnya itu dirunut pada sejarah Rasulullah SAW yang memang ada perpindahan fisik, perpindahan tempat dari Makkah ke Madinah. Makkah pada waktu itu disebut sebagai negeri kufur, menuju negeri Islam di Madinah dengan indikator penerapan hukum-hukum Islam.
Dalam konteks kekinian, lanjut Ahmad, hijrah fisik sebagai yang Rasulullah SAW contohkan tidak bisa dilakukan sebab belum ada negeri yang menerapkan sistem Islam secara kaffah. Karena itu, idealnya dalam konteks hijrah fisik ini adalah kaum Muslim meninggalkan lingkungan yang buruk menuju lingkungan yang baik.
“Kalau kita merujuk bagaimana Rasulullah melakukan hijrah fisik maka hari ini ada kompleksitas di situ, ada kesulitan-kesulitan karena lingkungan sosial kemasyarakatan hari ini kan dibentuk oleh sistem sekuler,” bebernya.
Berbeda dengan hijrah hati, hijrah batin atau hijrah pikiran, menurutnya, itu bisa dilakukan. Dan hijrah hati atau pikiran itu menurut Ibnu Qayyim adalah berpindah kepada Allah.
“Yang tadinya tidak cinta Allah jadi cinta Allah, tidak menyembah Allah menjadi menyembah Allah, yang tadinya mengingkari Allah menjadi tunduk kepada Allah, yang tadinya itu beribadah selain kepada Allah menjadi ibadah kepada Allah,” ungkapnya.
Namun terkait dengan hijrah hati atau pikiran tersebut, Ahmad memandang, yang paling strategis itu adalah pemimpin. Karena kondisi keterpurukan satu bangsa itu hasil dari buah kebijakan pemimpin.
“Idealnya memang pemimpin ini melakukan hijrah pemikiran, dengan membuat kebijakan-kebijakan yang islami,” pungkasnya.[] Ade Sunandar