Forum Doktor Muslim: Paham Humanisme Bertentangan dengan Islam
Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai paham humanisme bertentangan dengan Islam.
“Paham humanisme jelas bertentangan dengan Islam. Menjadikan masjid sebagai rumah humanisme adalah sebuah kesalahan berpikir,” tuturnya kepada media-umat.info, Selasa (10/9/2024).
Menurutnya, antara paham humanisme dan Islam terdapat perbedaan yang sangat prinsipil.
“Paham humanisme dan Islam memiliki beberapa perbedaan prinsipil dan fundamental,” ujarnya.
Humanisme, kata Ahmad, menempatkan manusia sebagai pusat dari segala hal (antropo-sentrisme). Humanisme percaya bahwa manusia dapat menentukan nasibnya sendiri melalui akal, tanpa campur tangan kekuatan supernatural.
“Sementara Islam, menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan (teosentrisme). Islam mengajarkan bahwa kehidupan manusia sepenuhnya bergantung pada kehendak Allah, dan tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada-Nya serta mengikuti perintah-Nya,” tegas Ahmad.
Selanjutnya, ia menjelaskan, paham humanisme percaya bahwa manusia bisa membuat sistem etika.
“Humanisme percaya bahwa manusia bisa membuat sistem etika tanpa perlu berpijak pada wahyu atau agama. Berbeda dengan Islam yang memandang bahwa moral dan etika (akhlak dan adab) bersumber dari wahyu Allah (Al-Qur’an dan hadits). Islam mengajarkan bahwa hukum-hukum Allah yang termaktub dalam syariat adalah panduan utama dalam menentukan mana yang benar dan salah,” terangnya.
Humanisme sangat menghargai kebebasan individu, tandasnya, termasuk dalam hal keyakinan dan perilaku pribadi. Jangan heran jika Paus mendukung pernikahan sejenis, karena dianggap sebagai kebebasan individu. Manusia berhak untuk bebas memilih jalan hidupnya tanpa batasan agama atau norma-norma tradisional yang mengikat.
Sebagai intelektual Muslim yang memahami syariat Islam, ia menjelaskan bahwa dalam Islam kebebasan individu itu terikat dengan aturan Allah SWT.
“Sementara dalam Islam, kebebasan individu diatur dalam bingkai syariat. Islam mengakui kebebasan manusia, tetapi kebebasan itu memiliki batasan-batasan yang ditentukan oleh hukum Allah. Misalnya, tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang melanggar syariat meski dianggap sebagai hak pribadi, seperti meninggalkan shalat atau perbuatan zina,” bebernya.
Humanisme, imbuhnya kembali, cenderung mendukung sekularisme, yaitu pemisahan agama dari urusan publik, politik, dan negara. Humanisme menganggap bahwa urusan agama adalah pilihan pribadi yang tidak perlu mencampuri hukum atau kebijakan publik.
Ahmad Sastra menerangkan seharusnya Islam itu menjadi pedoman dalam kehidupan.
“Sementara dalam Islam, agama adalah dasar kehidupan, termasuk dalam politik dan pemerintahan. Syariat Islam seharusnya menjadi pedoman bagi kehidupan sosial dan hukum negara. Konsep ini tampak dalam negara-negara yang menerapkan hukum Islam (teokrasi), di mana agama mempengaruhi kebijakan publik,” paparnya.
Terakhir ia menegaskan, Islam adalah agama yang komprehensif yang mengatur seluruh permasalahan kehidupan.
“Sementara Islam adalah agama yang komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari moralitas, hukum, ekonomi, hingga politik. Dalam pandangan Islam, agama adalah solusi utama dan bukan sesuatu yang perlu disingkirkan dari ruang publik,” pungkasnya. [] Nur Salamah
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat