Forum Doktor Muslim: Harus Tetap Ada Momentum Seruan Penegakan Khilafah

 Forum Doktor Muslim: Harus Tetap Ada Momentum Seruan Penegakan Khilafah

Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menegaskan sebuah keharusan untuk terus digaungkan dan harus tetap ada momentum seruan agar di Suriah tegak khilafah Islam, bukan negara sekuler yang dikendalikan oleh Amerika Serikat.

“Sebuah keharusan, harus terus digaungkan dan harus tetap ada momentum seruan agar di Suriah tegak khilafah Islam, bukan negara sekuler yang dikendalikan oleh Amerika,” tegasnya kepada media-umat.info, Ahad (15/12/2024).

Menurutnya, umat Islam harus terus berjuang untuk menggagalkan solusi sekuler ini dan menegakkan kembali pemerintahan Islam.

“Syarat tegaknya khilafah adalah saat umat Islam menerapkan Islam secara kaffah dan keamanan negara di tengah kaum Muslimin,” paparnya.

Ia menyeru umat Islam harus yakin akan firman Alah SWT dalam surah as-Saff ayat 13 yang artinya, “Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman.”

Namun demikian, ucap Ahmad, di tengah euforia revolusi Suriah, ada hal penting bahwa sesungguhnya peristiwa ini dikendalikan oleh Turki dan AS dengan tujuan mendorong solusi politik baru di Suriah.

“Kemungkinan besar, mereka menginginkan pembentukan sistem pemerintahan koalisi di Suriah dengan beberapa wilayah memiliki otonomi khusus, seperti model Kurdistan Irak. Inilah mengapa, revolusi itu tampak begitu mudah dalam waktu yang sangat singkat,” lanjutnya.

Menurutnya, itulah yang membuat AS tidak terkejut dengan serangan yang dilakukan oleh oposisi Suriah.

AS, kata Ahmad, yang memegang kendali atas solusi tersebut, akan mewujudkan kepentingan kepentingan Yahudi, seperti yang dijamin AS kepada mereka dalam perjanjian gencatan senjata antara Yahudi dan Lebanon pada dini hari tanggal 27 November 2024.

“Pada hari yang sama, dimulai konfrontasi militer di Suriah, dan kemudian mencegah Iran kembali dengan momentum militer ke teater Suriah untuk mendukung partainya di Lebanon, yaitu memutus komunikasi militer darat antara Iran dan partainya di Lebanon,” sambungnya.

Awalnya revolusi ini, pergerakan ini tampaknya merupakan pesan peringatan kepada Bashar Assad karena tidak merespons permintaan Presiden Turki Erdogan yang meminta Assad untuk bersedia berunding dalam kerangka normalisasi hubungan.

“Namun, Assad menolak dengan menuntut penarikan pasukan Turki dan terus menunda proses tersebut,” jelasnya.

Hal ini, ungkapnya, memicu Erdogan untuk memberikan lampu hijau kepada HTS dan Tentara Nasional Suriah untuk bergerak, tetapi eskalasi di luar rencana.

“Serangan yang dimulai dengan tujuan untuk membebaskan zona de-eskalasi di sekitar Idlib berkembang lebih jauh,” jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa rakyat Suriah yang telah lama menderita akibat rezim Assad turut bergabung, melampaui batas-batas zona yang direncanakan hingga akhirnya mencapai Damaskus.

“Tentara Suriah, yang juga tidak puas dengan Assad, menunjukkan perlawanan minimal, menyebabkan rentetan kekalahan rezim dalam waktu singkat,” bebernya.

Iran dan Rusia, menurut Ahmad, keduanya terkejut dengan perkembangan ini. Rusia memperkuat keamanan di pangkalan militer mereka di Khmeimim dan Tartus, sementara Iran berupaya mendamaikan situasi dengan Turki melalui jalur diplomasi.

“AS mendukung proses politik yang akan menghasilkan solusi damai sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254,” imbuhnya.

Sementara itu, Ahmad menilai, Zionis mengawasi perkembangan ini dengan cermat, terutama terkait potensi peningkatan pengaruh Iran di Suriah.

“Dengan demikian, revolusi Suriah yang menumbangkan rezim bengis Assad sesungguhnya telah didesain oleh Turki dan Amerika. Mudah ditebak, bahwa pemerintah yang akan berdiri pasca revolusi adalah pemerintah sekuler yang pro Amerika,” pungkasnya.[] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *