Formal Center Bedah Film Sexy Killer Dalam Kacamata Perspektif Islam

Bagi mahasiswa yang tinggal di daerah kaya batu bara, film “Sexy Killer” unggahan channel Watching Doc dan produksi dari Ekspedisi Indonesia Biru, tentu sangat menarik. Tidak cukup sekadar menonton, tapi Komunitas Formal (Forum Mahasiswa Al-Banjary) Center, Senin (22/4/2019) kemarin membedahnya.

Hadir dalam forum tersebut, sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Banjarmasin, diantaranya dari Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Islam Kalimantan, Universitas Terbuka, Politeknik Banjarmasin dan STAI Al Jami, serta juga ada siswa yang didampingi gurunya.

Sebagai pembicara dalam bedah film ini adalah Zainuddin MM, pendiri Formal Center, didampingi Gilang DP, aktivis mahasiswa.

Acara dimulai dengan pemutaran film dokumenter tersebut sampai selesai, meskipun ada beberapa adegan yang harus dilewati, karena dianggap tidak layak menjadi tontonan para pelajar muslim.

Setelah pemutaran film, Gilang memulai diskusi dan memberikan analisa awal tentang tema serta tayangan yang telah ditonton. Aktivis Mahasiwa ini juga mengupas latar belakang dan motif diangkatnya konten yang menggambarkan tentang permainan oligarki politik para penguasa, tentang penambangan batubara di berbagai daerah Indonesia.

Sementara itu, Zainuddin meneruskan tema ini dengan menjabarkan tentang bagaimana perspektif Islam dalam memandang masalah pemberdayaan SDA, juga penyebab terjadinya ketidakadilan serta kesengsaraan yang dialami rakyat sehingga menimbulkan banyak korban.

“Eksploitasi alam akan terus terjadi karena pemegang kekuasaan terus menerapkan sistem kapitalisme dan liberalisme, atas pengelolaan SDA/sumber produksi,” ujarnya.

Maka menurut Zainudin, ke depannya tidak akan bakal terjadi sebuah perubahan, kecuali dengan penerapan sistem Islam. Di mana ternyata Islam sebagai agama yang sempurna, memiliki tata aturan dan sistem dalam pengelolaan tambang serta problematika yang diakibatkannya.

Para peserta pun tampak antusias mengikuti diskusi ini. Tanggapan pun disampaikan oleh Muklis, seorang guru SMK di Banjarmasin. Sejumlah tanggapan dan pertanyaan juga disampaikan para mahasiswa banua, termasuk dari Raga, peserta termuda yang masih berstatus pelajar.

“Kami menggelar bedah film ini, agar para generasi muda muslim ini, mahasiswa dan pelajar, melek akan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi sosial dan kesehatan masyarakat, akibat ulah oligarki politik dan para kapitalis di negeri kita,” ungkap Zainudin. []

Share artikel ini: