Mediaumat.id – Rencana Pemerintah membatasi pembelian BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina dinilai oleh Analis senior Forum Kajian Ekonomi Indonesia (FORKEI) Lukman Noerochim, S.T., M.Sc.Eng., Ph.D. akan semakin menyulitkan konsumen.
“Kebijakan Pertamina untuk memantau keberadaan subsidi melalui aplikasi MyPertamina sudah pasti akan semakin menyulitkan konsumen,” ucapnya di Kabar Petang: Beli BBM Subsidi, Makin Ribet? melalui kanal YouTube Khilafah News, Selasa (10/1/2023).
Setidaknya ada dua kesulitan, kesulitan akses teknologi dan kesulitam akses lokasi. “Tidak semua konsumen mampu membeli handphone yang kualifikasinya mampu menginstal MyPertamina. Saudara-saudara kita sopir angkot itu masih banyak yang menggunakan jenis HP yang belum bisa mengakses android,” bebernya.
Kendala berikutnya, jelas Lukman, akses lokasi. Kalau setiap orang dijatah hanya di satu lokasi SPBU dalam pembelian BBM bersubsidi bisa dibayangkan repotnya. “Kalau misal kita dijatah membeli di SPBU A kemudian kita bepergian ke luar kota B. Saat BBM habis apa iya harus kembali ke kota A hanya untuk membeli BBM bersubsidi? Ini lucu dan menggemaskan!” herannya.
Lukman menilai pemerintah sepertinya tidak mengambil keputusan dengan baik, sembrono dan menyusahkan rakyat. Ia mengatakan kebijakan ini akan semakin memperpanjang antrean dalam membeli BBM terutama di jam-jam sibuk seperti pagi atau sore karena ribetnya proses pembelian.
Lukman juga mengkritisi masalah subsidi. Menurutnya, subsidi BBM semestinya menjadi hak semua warga negara baik kaya atau miskin. Hanya saja pemerintah melihat bahwa subsidi itu hanya hak orang miskin, orang kaya tidak boleh menikmati.
“Ini yang kemudian seringkali menjadi alasan seolah-olah subsidi itu salah sasaran karena diterima oleh orang kaya, padahal seharusnya subsidi itu berhak dinikmati semua rakyat Indonesia,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun