FKU Aswaja Pasuruan: Bersatu Padu Menghadapi Persekusi Terhadap Ajaran Islam dan Ulama

Tak mau ketinggalan dengan saudara lainnya, ulama, kyai dan muhibbin dari Pasuruan juga hadir memenuhi undangan Jalsah Ammah Ulama dan Kyai Kabupaten Mojokerto. Para ulama dan kyai Pasuruan berangkat dengan rombongan mobil yang diantar para muhibbin. Bahkan sebagian muhibbin rela bersepeda motor menembus dinginnya pagi menuju lokasi acara di RM. Kembangan, Pungging, Mojokerto.

Untuk menghindari kemacetan dan terlambat mengikuti acara rombongan ulama dan muhibbin dari Pasuruan ini rela berangkat pagi buta. Nampak ulama Pasuruan yang hadir pada Jalsah Ammah, Ahad (5/8/2018) ini antara lain: Kyai Ahmad Sukirno, Ketua FKU Aswaja Pasuruan, Gus Khoirul Huda, Sekretaris FKU Aswaja Pasuruan, Gus Rohibni Basri Robulu, Rembang, Gus H. Fauzan MT Bani Salim, Rembang dan lain-lainnya.

Sejak selepas Subuh, para peserta sudah mulai menuju lokasi Jalsah Ammah ini. Panitia pun telah menyiapkan acara dengan baik. Petugas parkir mengatur lalu lalang kendaraan yang datang, agar tidak menganggu lalu lintas di jalan raya, karena memang posisi acara berada di jalan utama. Meski jamaah yang hadir ratusan, namun mereka tertib. Jamaah laki-laki dipisah dari jamaah wanita, walau jumlah jamaah wanita tidak dominan.

Pada kesempatan Jalsah Ammah kali ini, rombongan ulama dan kyai dari Pasuruan hadir sebagai peserta, sementara pemateri berasal dari Ulama dan Kyai dari Kabupaten Mojokerto. Empat ulama ditampilkan dalam kesempatan Jalsah Ammah ini untuk membahas persoalan penting tentang Istiqomah Dalam Dakwah Ditengah Maraknya Persekusi.

Empat ulama Mojokerto yang tampil sebagai pemateri antara lain: Kyai Abdurrahman Salam, Ponpes Al Anwar, Puri, Mojokerto. Gus Habib Kholid Habibullah PP Al Anwar, Puri, Mojokerto, Kyai Mashudi, Ponpes Basmallah, Bangsal, Mojokerto, dan KH. Heru Elyasa, Ponpes Al Mukhlisin, Mojokerto.

Dalam pemaparan materinya para ulama mengambil rujukan dari kitab ulama muktabar seperti: Kitab Shofwatu Tafasir, karya Syekh Ali Ashobuni, Kitab Tafsir Al Qurthubi, dan Kitab Min Muqowimat Nafsiyah karya Syeikh Atho Abu Rusthah untuk mengupas permasalahan istiqomah dan ujian dalam dakwah.

Acara berjalan dengan penuh keakraban dan kekeluargaan, karena mereka diikat dengan satu perasaan, satu pemikiran. Mereka pun bertekad untuk bersatu dan tetap berdakwah menyampaikan ajaran islam khilafah. Hal ini karena khilafah adalah ajaran ahlussunnah wal jamaah, sistem pemerintahan warisan Rasulullah Muhammad Saw dan para sahabat beliau.

Khilafah untuk kebaikkan Indonesia dan dunia, bukan untuk memecah belah umat, sejak dulu umat manusia sudah bersuku-suku dan beragam keyakinan, tapi mereka bisa bersatu dalam nauangan Daulah Khilafah. Justru ketika mereka hidup dalam naungan demokrasi kapitalis lah yang menyebabkan umat tercerai berai. Para ulama tidak rela jika khilafah dituduh menjadi penyebab Indonesia terpecah belah, jika diterapkan. Tidak ada referensi dalam sejarah yang menunjukkan hal itu, justru mereka bersatu padu meski berbeda suku dan keyakinan. Demikian pandangan Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Jawa Timur dalam menyikapi framing negatif terhadap ajaran Islam dan persekusi ulama.[]

Sumber: shoutululama.org

Share artikel ini: