FIWS Ungkap Tiga Kepentingan Besar AS di Timur Tengah

Mediaumat.info – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengungkapkan tiga kepentingan besar politik Amerika Serikat (AS) di Kawasan Timur Tengah seiring sikap parlemennya yang telah menyetujui bantuan dana perang khususnya untuk Zionis Yahudi.

“Kita tahu secara umum ada tiga kepentingan besar Amerika di Timur Tengah,” ujarnya kepada media-umat.info, Senin (22/4/2023).

Pertama, menjamin suplai minyak dan sumber energi lain dari Timur Tengah. Kedua, memastikan tidak akan muncul gejolak politik yang bisa memunculkan kesatuan politik dunia Islam, sebutlah dalam bentuk negara khilafah. Ketiga, mempertahankan entitas penjajah Yahudi di wilayah Palestina.

Dengan kata lain, mengenai bantuan dana perang hingga miliaran dolar untuk entitas penjajah Yahudi yang hingga berita ini ditulis masih terus menyerang wilayah Gaza secara brutal, tak bisa dilepaskan dari kepentingan besar politik jangka panjang AS di atas.

Melansir AFP, Senat AS pun diperkirakan akan meloloskan RUU mengenai bantuan dana dimaksud pekan depan, dan mengirimkannya kepada Presiden Joe Biden untuk ditandatangani. Total nilai bantuan itu mencapai US$95 miliar atau sekitar Rp1.500 triliun. Selain untuk Zionis Yahudi, jumlah sebesar itu termasuk juga untuk Ukraina dan Taiwan.

Duri Dalam Daging

Menurut Farid, dukungan AS terhadap entitas penjajah Yahudi layaknya menanamkan duri ke dalam daging sehingga menjadikan kawasan Timur Tengah terus bergejolak.

Lantas, dengan bergejolaknya kawasan Timur Tengah, AS pun memiliki landasan yang seolah-olah legal untuk melakukan intervensi, baik atas nama negara-negara Barat ataupun PBB.

Tak hanya itu, keberadaan entitas penjajah Yahudi belakangan juga digunakan oleh AS untuk membangun semacam payung keamanan (security umbrella) dengan memunculkan aliansi negara-negara Arab dan Zionis Yahudi untuk menghadapi Iran.

“Inilah yang digunakan oleh Zionis Yahudi dan Amerika dalam serangan drama yang dilakukan oleh Iran baru-baru ini untuk mengokohkan perlunya aliansi negara-negara Arab dan Zionis Yahudi,” terang Farid.

Tak ayal, kegagalan serangan Iran, tambahnya, juga tidak bisa dilepaskan dari bantuan negara-negara seperti Yordania maupun Mesir yang telah melakukan normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi. Sementara, Arab Saudi hingga kini melakukan dukungan secara diam-diam, karena memang sampai sekarang belum secara terbuka melakukan normalisasi.

Lebih jauh, sikap ini dinilai Farid telah menunjukkan ketergantungan negara-negara Arab kepada AS. Padahal dukungan berupa bantuan dana perang tersebut akan sangat menguntungkan AS. Sebutlah jaminan keberlangsungan pasokan energi murah dari Arab Saudi dan negara-negara di Timur Tengah lainnya.

Selain itu dengan alasan untuk membendung ancaman politik Iran, negara-negara kaya di Timur Tengah pun bakal membeli persenjataan AS, sehingga dari sisi industri militer negara adidaya tersebut juga mendapatkan keuntungan.

“Ini menumbuhkan industri militer Amerika meskipun persenjataan-persenjataan itu tidak digunakan oleh penguasa-penguasa Arab,” jelasnya.

Di sisi lain, bantuan dana perang tersebut juga dipandang sebagai alat pengokoh para boneka AS di Timur Tengah untuk membendung kemunculan kekuatan politik dunia Islam dalam wujud negara khilafah yang bakal mengancam kepentingan AS secara global.

Sikap Umat Islam

Untuk itu, kepada segenap kaum Muslim, tutur Farid, tentu saja harus banyak belajar dari negara-negara Barat terutama AS dan sekutu-sekutunya dalam hal persatuan untuk meraih dan mempertahankan kepentingannya.

Artinya, meski AS dan Inggris misalnya, dalam beberapa hal berselisih tetapi ketika melihat ancaman terhadap eksistensi entitas penjajah Yahudi, mereka justru bersatu.

Demikian juga ketika melihat adanya kemunculan yang mereka anggap sebagai ancaman berupa kekuatan politik dunia Islam atas dasar Islam yang ideologis, mereka pun bersatu.

Sehingga, tak ada jalan lain kecuali memutus intervensi AS di negeri-negeri Islam yang menurut Farid, menjadi pangkal dari persoalan di Timur Tengah dengan cara ‘memotong’ keberadaan negara-negara bangsa yang lahir dari rahim kolonialisme yang pada dasarnya melestarikan penjajahan atas kaum Muslim.

Bahkan sebagaimana ungkapan yang pernah disampaikan oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, sambungnya, entitas penjajah Yahudi itu sebenarnya sekadar bayang-bayang dari penguasa Arab. Sehingga merupakan keniscayaan untuk ‘memotong’ pula keberadaan para penguasa Arab yang selama ini justru menjaga keberadaan entitas penjajah Yahudi.

“Keberadaan entitas penjajah Yahudi itu terjaga justru oleh penguasa-penguasa Arab,” ulas Farid, seraya menyebut para penguasa negeri Arab adalah iron dome yang kokoh bagi Zionis Yahudi.

Dengan demikian, sekali lagi ia menuturkan, jikalau para penguasa Arab dihilangkan maka bayang-bayang tersebut pun akan hilang. “Di situlah relevansinya dibutuhkan penegakan negara khilafah,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: