FIWS: Umat Jangan Terkecoh dengan Berita Rusia Bantu Hamas
Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mewanti-wanti, agar umat tak terkecoh dengan pemberitaan seputar dukungan dan bantuan mediasi dari Rusia dalam upaya menghentikan serangan entitas penjajah Yahudi ke Jalur Gaza, Palestina.
“(Pemberitaan) bantuan Rusia ini seharusnya tidak membuat kita terkecoh,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (16/10/2023).
Pasalnya, menurut Farid, dari sudut pandang Islam, Rusia termasuk negara kafir harbi yang benar-benar sedang memerangi umat Islam secara nyata.
“Rusia juga pada posisi muhariban fi’lan, yang memerangi kaum Muslimin secara langsung,” tegasnya kembali, seraya memaparkan perihal pembantaian atas Muslim Chechnya (awal 2000) maupun Suriah (2021).
“Itulah yang mereka lakukan. Membantai umat Islam di Chechnya, Rusia juga membantai umat Islam di Suriah,” tandasnya.
Memang, sebagaimana dikabarkan, sejak Hamas melancarkan operasi militer ‘Badai Al-Aqsa’, Rusia, dalam hal ini Vladimir Putin, menahan diri untuk tidak menelpon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Meskipun setidaknya empat warga negara Rusia dilaporkan tewas dan enam lainnya hilang.
Pun Putin tidak mengomentari operasi mengejutkan dunia yang dilancarkan Hamas terhadap entitas penjajah Yahudi. Namun Putin mengatakan, peningkatan eskalasi di Gaza adalah kegagalan kebijakan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
“Ini adalah contoh nyata dari kegagalan kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah, (saat mereka) mencoba memonopoli penyelesaian (perdamaian),” kata Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan Perdana Menteri Irak Muhammad Shia al-Sudani.
Sementara itu, sikap Rusia juga tidak memungkinkan Dewan Keamanan PBB mencapai suara bulat yang diperlukan untuk mengecam Hamas.
Dengan kata lain, Rusia dinilai memiliki kepentingan pragmatis terkait keberpihakannya dalam perang Palestina dan entitas penjajah Yahudi. “Kepentingan Rusia sesungguhnya hanyalah kepentingan pragmatis untuk mendapatkan simpati dari pihak-pihak internasional,” tandas Farid.
Omong Kosong
“Dan seharusnya siapa pun tidak terjebak dengan sikap simpati Rusia. Karena ini sesungguhnya adalah omong kosong saja,” imbuhnya, sembari menegaskan lagi bahwa Rusia tak akan memberikan bantuan riil apalagi sampai mengirimkan pasukan perangnya.
Kata Farid, Rusia bakal berpikir seribu kali sebelum melakukan hal itu. Sebab, negeri beruang merah tersebut juga bakal menghadapi tekanan negara-negara Barat lainnya.
“Posisi Rusia saat sekarang ini sedang berhadap-hadapan dengan Amerika dan negara-negara Eropa yang secara penuh mendukung zionis penjajah Yahudi,” jelasnya.
Namun, terlepas itu, meski sekadar mencari simpati, setidaknya pemimpin Rusia berani bicara mendukung Palestina. “Rusia saja yang hanya sekadar mencari simpati, berani speak up, pemimpinnya berani bicara untuk mendukung Palestina,” lontarnya, menyinggung para penguasa negeri Muslim.
Maksud Farid, betapa para penguasa negeri Muslim di dunia, notabene memiliki pikiran dan perasaan Islam yang sama berkenaan dengan Palestina, tak berinisiatif menggerakkan dan mengirimkan tentara-tentara mereka.
Justru yang ada hanyalah pembicaraan atau komentar-komentar berulang tentang Palestina diserang, “Sedikit mengecam, kemudian berjanji memberikan bantuan kemanusiaan, dsb.,” sambungnya.
Celakanya, ada yang malah diam. “Beberapa penguasa negeri Islam bahkan diam, tidak memberikan komentar sama sekali,” tambahnya, yang berarti para penguasa tersebut sudah terpisah dari kaum Muslim.
Maka, tak heran apabila rakyatlah yang kemudian bergerak dan menyuarakan pengiriman tentara, penyatuan negeri-negeri kaum Muslim di bawah naungan Khilafah Islam, di samping juga tentunya, mengecam tindakan yang dilakukan entitas penjajah Yahudi.
Persoalan Utama
Di sisi lain, sambung Farid, untuk mengusir entitas penjajah Yahudi, umat harus memahami persoalan utama krisis di Palestina. Yaitu, tengah terjadi pendudukan atau penjajahan di tanah yang diberkati Allah SWT tersebut.
Artinya, tak layak disebut paling tepat apabila solusi yang dilakukan tak menghasilkan kepada pengusiran atau malah justru memperpanjang eksistensi entitas penjajah Yahudi ini.
Sebutlah solusi dua negara maupun perdamaian lewat inisiatif Barat, yang menurut Farid, sebenarnya tetap mengakui eksistensi dari entitas penjajah Yahudi. “Perdamaian itu mensyaratkan eksistensi penjajahan Yahudi,” tukasnya.
Lebih dari itu, solusi dua negara dan perdamaian yang ditawarkan lebih mengokohkan tindakan-tindakan zalim dari entitas penjajah Yahudi yang tengah dan akan dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Karenanya, tidak ada jalan lain untuk mengusir entitas penjajah Yahudi dari Palestina kecuali mengirimkan tentara dari negeri-negeri Muslim berikut komando dari para penguasa mereka.
Tetapi sayang, justru yang menjadi penghalang dengan cara mengkriminalisasi upaya umat Islam untuk jihad fisabilillah, misalnya, itu datang dari penguasa-penguasa negeri Islam sendiri.
Padahal, kata Farid mengungkapkan, jumlah penduduk dari entitas penjajah Yahudi saat ini sekitar 7 juta jiwa, termasuk kurang lebih 150 ribu tentara di dalamnya.
Dengan demikian, sebab pula terdapat AS, Inggris, dan sekutu-sekutunya di belakang entitas penjajah Yahudi, adalah sebuah keniscayaan umat Islam saat ini membutuhkan khilafah ala minhaj an-nubuwwah yang seperti Farid katakan sebelumnya, institusi politik ini akan menyatukan dan menggerakkan tentara di negeri Muslim dari seluruh dunia.
Khilafah pun bakal menggeser penguasa-penguasa yang tunduk kepada Barat. “Dan akan menggeser penguasa-penguasa, bahkan melenyapkan penguasa-penguasa yang selama ini tunduk kepada Barat, tunduk melayani kepentingan-kepentingan Barat,” pungkasnya.[] Zainul Krian