Mediaumat.id – Terkait dengan kemenangan Macron dalam pemilu presiden terbaru di Prancis, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menegaskan bahwa kedua sosok pemimpin Prancis ini mencerminkan sekularisme yang anti Islam.
“Kemenangan Macron ini bagi umat Islam bukanlah berita baik. Karena baik Le Pen maupun Macron adalah dua sosok pemimpin Prancis yang mencerminkan sekularisme yang memang memandang agama itu sebagai ancaman terutama Islam,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Selasa (26/4/2022).
Menurutnya, Islam adalah agama yang sangat bertentangan dengan sekularisme. “Meskipun kadar kebencian terhadap Islam antara Le Pen dan Macron berbeda, tapi kedua pemimpin Prancis ini adalah pemimpin yang mencerminkan sistem sekuler Prancis yang menjadikan Islam yang kaffah sebagai ancaman,” tegasnya.
Farid mengatakan, kalau Le Pen sangat jelas dalam kampanye yang sangat anti Islam, bahkan akan melarang hijab secara keseluruhan di Prancis, sementara Macron kebencian terhadap Islam juga meskipun dalam kadar yang lebih rendah, kebencian terhadap Islam juga tampak jelas ketika Macron mengatakan ada masalah dalam Islam.
“Macron tidak segan-segan mengatakan ada masalah dalam agama Islam. Biasanya kalau menyerang Islam itu mengatakan ada masalah dengan Islam radikal atau Islam intoleran tapi Macron secara terbuka pernah mengatakan ada masalah dalam Islam. Ini menunjukkan bahwa Macron adalah sosok yang sebenarnya anti-Islam, tentu dalam kadar yang lebih rendah dibanding dengan Le Pen,” ungkapnya.
Kemenangan Macron ini, menurutnya, kemenangan yang diproyeksikan sangat tipis. “Partai ekstrem kanan, Marine Le Pen diperkirakan merupakan 41,5-43 persen suara, sementara Macron berdasarkan polling quick count di televisi Prancis diperkirakan menang 57-58,5 persen. Ini artinya menunjukkan kekuatan sayap kanan yang meningkat di Prancis yang dipimpin oleh Le Pen yang sangat anti-Islam,” terangnya.
Apa yang terjadi di Prancis saat ini, kata Farid, sesungguhnya bagi umat Islam bukanlah menjadi persoalan yang pokok. “Namun paling tidak kita perlu mengetahuinya. Untuk mengetahui dinamika politik yang terjadi di Prancis,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it