Mediaumat.info – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menegaskan bahwa pelaku penusukan massal yang memicu kerusuhan besar di Inggris bukan imigran Muslim.
“Dimunculkan informasi palsu seolah-olah tersangkanya adalah seorang imigran Muslim. Baru kemudian diungkap setelah terjadi kerusuhan, ternyata pelakunya bukan imigran Muslim, namanya Axel Rudakubana, bukan beragama Islam,” ungkapnya di Kabar Petang: Terbongkar Dalang di Balik Rusuh Anti-Muslim dan Imigran Inggris, Rabu (14/8/2024) melalui kanal YouTube Khilafah News.
Menurut Farid, kerusuhan dengan imigran Muslim ini sering terjadi akibat islamofobia dan xenofobia (antiasing) yang menguat di Eropa.
“Menguatnya sikap antiasing, antiimigran ini disebabkan oleh banyak faktor. Banyak pihak yang mengatakan faktor utamanya itu sebenarnya adalah kondisi internal di negara-negara Eropa sendiri,” jelasnya.
Ia menerangkan, setelah krisis ekonomi di Eropa, perkembangan ekonomi di Eropa itu stagnan, pengangguran meluas.
“Masuknya imigran asing ini kemudian dijadikan kambing hitam penyebab kondisi ekonomi yang melamban di Eropa. Jadi ekonomi memberikan faktor signifikan,” ulasnya.
Namun, ucapnya, perlu dicatat bahwa sikap anti-Muslim itu juga tidak bisa dilepaskan dari kebijakan negara-negara Barat yang dikenal dengan war on terrorism, kemudian bergeser menjadi war on radicalism, itu menjadikan Islam dan kaum Muslim sebagai musuh.
Tidak Mudah
Farid menilai, menghilangkan sikap islamofobia ini tidak mudah karena sudah mengakar sejak lama.
“Umat Islam di sana [Eropa] sebenarnya sudah menunjukkan sikap positif, terbukti banyak yang memeluk Islam, tetapi kebijakan elite politik yang anti-Islam menyuburkan kembali anti-Islam,” jelasnya.
Di samping itu, Farid melanjutkan, dampak dari pemikiran kolonialisme, di tengah masyarakat Barat berkembang pemikiran bahwa masyarakat di luar Eropa adalah masyarakat yang berperadaban rendah, sehingga ketika melihat orang kulit hitam atau orang Asia, yang muncul rasis.
“Ini bukan hal yang mudah untuk dihilangkan karena berakar dari sejarah kolonialisme mereka sejak lama,” imbuhnya.
Farid menyebut, kondisi politik umat Islam secara global yang belum menampilkan Islam rahmatan lil ‘alamin karena tidak ada negara yang menerapkan Islam kaffah juga memiliki andil sulitnya menghapus islamofobia.
“Kalau ada negara yang benar-benar merepresentasikan Islam kaffah dan Islam rahmatan lil ‘alamin terwujud, islamofobia akan lebih mudah terselesaikan karena kebohongan-kebohongan yang sering ditudingkan kepada Islam terbantahkan ketika mereka melihat bahwa negara menebarkan rahmatan lil ‘alamin, menjadi mercusuar peradaban, sains dan teknologinya membawa perdamaian dan sebagainya,” yakinnya.
Farid lalu menegaskan, agenda pokok umat Islam sekarang ini adalah mewujudkan negara tersebut.
“Di situlah perjuangan untuk penegakan khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah itu menjadi sangat penting, sehingga Islam pada level global yang rahmatan lil alamin itu bisa dirasakan bukan hanya oleh orang Islam tapi juga oleh dunia,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat