Mediaumat.info – Kunjungan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus ke Indonesia, dinilai sarat dengan propaganda palsu.
“Kedatangan Paus ini kalau kita lihat membawa propaganda-propaganda yang palsu,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi kepada media-umat.info, Sabtu (7/9/2024).
Sebutlah di antaranya propaganda perdamaian yang menurut Farid, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa Vatikan adalah negara pengusung perdamaian.
Sementara, di saat yang sama, misalnya, seruan-seruan perdamaian dimaksud justru tak mampu menghentikan pembantaian oleh Zionis Yahudi berikut Amerika Serikat (AS) di belakangnya, terhadap warga Gaza, Palestina.
“Bagaimana dikatakan perdamaian ketika pelaku pembunuhan, pelaku pembantaian itu dibiarkan begitu saja tanpa tindakan yang signifikan?” lontar Farid, menyinggung konflik di Palestina yang terkesan tak berkesudahan.
“Dan nyaris tidak kita dengar ada pernyataan Paus yang kemudian mengkritisi Amerika Serikat, demikian juga Zionis Yahudi yang telah melakukan pembantaian terhadap umat Islam di Palestina misalkan, yang lebih dari lima puluh ribu (jiwa) terbunuh,” tambahnya.
Artinya, kalau benar-benar mengusung misi perdamaian, Paus seharusnya bicara tentang pembantaian yang dilakukan oleh AS. Bukan malah menyudutkan umat Islam yang menolak setiap langkah negara imperialis tersebut.
Berikutnya, propaganda pluralisme yang secara berulang ‘membajak’ slogan bhinneka tunggal ika.
Menurut Farid, pluralisme adalah isu yang diusung negara-negara Barat untuk mencegah penerapan syariat Islam. Apalagi melihat Vatikan adalah negara agama dalam hal ini Katolik.
“Patut kita pertanyakan pluralisme apa yang bisa dicontohkan oleh Vatikan ketika Vatikan sendiri adalah suatu negara agama?” lontarnya, yang berarti keberagaman yang diusung tak sesuai dengan kondisi negaranya sendiri.
Tak ayal, Farid pun menyebut misi pluralisme yang diusung hanya untuk mengokohkan nilai-nilai sekuler yang ada di Indonesia.
Propaganda berikutnya adalah kekufuran yang menurut Farid paling berbahaya dan harus menjadi perhatian umat Islam. Tengoklah, sesaat pasca-media menyiarkan secara langsung peribadatan mereka, seorang yang dipandang sebagai imam besar sebuah masjid nasional lantas mencium kening Paus, yang notabene kafir dalam pandangan Islam.
Ditambahkan, Allah SWT sangat membenci ajaran Nasrani yang menyuarakan Allah mempunyai anak. “Di dalam Al-Qur’an itu disebutkan kemarahan Allah luar biasa, nyaris bumi ini terpecah karenanya,” sebut Farid, menyinggung QS Maryam ayat 88-92.
Terakhir, kunjungan Paus juga sangat jelas mengusung legitimasi atas keberadaan kaum lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT). “Paus juga sesungguhnya mengusung legitimasi terhadap LGBT, dan ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya,” sambungnya.
Mengutip detik.com (19/12/2023), Vatikan menerbitkan keputusan yang disetujui oleh Paus Fransiskus, yang menyatakan bahwa para pastor Katolik Roma bisa memberikan pemberkatan terhadap pasangan sesama jenis. Meski, pemberkatan hanya bisa diberikan selama mereka tidak menjadi bagian dari ritual atau liturgi reguler gereja.
Pun demikian ‘kejahatan’ gereja berikut misionarisnya yang telah menghancurkan Khilafah Islam pada 1924.
Dengan demikian, Farid pun menyatakan bahwa kunjungan Paus kali ini, pasca kunjungan Paus terakhir ke Indonesia yang terjadi lebih dari tiga dekade yang lalu, yakni Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989, sarat dengan motif politik, sebagaimana kunjungan kepala negara lainnya.
Makanya ia menyayangkan sikap umat Islam yang malah mengelu-elukan seorang pemimpin yang mengajarkan Allah mempunyai anak. “Ini adalah jelas bentuk dukungan terhadap kekufuran,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat