FIWS: Islam dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan

Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menegaskan Islam dan politik tidak bisa dipisahkan.
“Islam dan politik tidak bisa dipisahkan,” tuturnya dalam Tausiyah Sahur: Islam Hanya Agama Ritual Belaka? di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Rabu (20/4/2022).
Menurutnya, Islam dan politik adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. “Kalau kita lihat saat sekarang ini, banyak pihak terutama dari kalangan sekuler liberal yang ingin memisahkan antara Islam dan politik,” ujarnya.
“Seolah-olah Islam hanyalah agama ritual yang mengatur masalah ibadah mahdhah, masalah moralitas, masalah-masalah yang sifatnya individual. Benarkah seperti itu?” tanyanya.
Ia mengatakan bahwa jawabannya tentu tidak, karena Islam ajaran agama yang sempurna. “Artinya Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, maka tidak ada satu aspek pun yang tidak diatur oleh Islam,” ungkapnya.
Farid menjelaskan, dalam Al-Qur’an, surah al-Maidah ayat 3, Allah SWT sangat jelas menegaskan tentang kesempurnaan ajaran agama Islam. “Sempurna artinya lengkap, menyeluruh, kaffah. Sempurna itu dipastikan benar, bahwa tidak ada kekurangan dari ajaran Islam, tidak ada pertentangan dalam ajaran agama Islam,” jelasnya.
Nah, lanjutnya, karena Islam ini merupakan ajaran yang sempurna, bagaimana mungkin Islam tidak mengatur urusan-urusan politik. “Bayangkan bagaimana cara makan saja itu diatur oleh Islam, dengan menggunakan tangan kanan misalnya. Diawali dengan membaca basmalah,” paparnya.
“Demikian juga masuk kamar mandi, caranya bagaimana, itu diatur oleh Islam. Tentu adalah mustahil kalau Islam dengan kesempurnaannya tidak mengatur masalah politik,” tukasnya.
Ia melanjutkan bahwa arti dari politik itu adalah pengaturan urusan umat, pengaturan urusan rakyat. “Sementara Islam memerintahkan kepada kita agar kita menjalankan seluruh perintah Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan,” bebernya.
Dengan demikian, ia menegaskan, Islam dan politik tidak bisa dipisahkan. Hal ini tampak jelas bagaimana Rasulullah SAW ketika menjadi pemimpin di Madinah, bukan sekadar pemimpin ritual tetapi Rasulullah SAW juga sebagai pemimpin negara yang mengatur urusan rakyat, menjaga keamanan rakyat, memenuhi kebutuhan rakyat, menyelesaikan persoalan-persoalan, perselisihan yang terjadi ditengah umat. Tidak hanya itu, Rasulullah SAW sebagai kepala negara juga sekaligus panglima perang yang memimpin langsung beberapa peperangan.
“Rasulullah SAW juga melaksanakan misi diplomatik yaitu menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan mengirim utusan-utusan dakwah yang mengajak pemimpin yang ada disekitar Arab pada waktu itu untuk memeluk agama Islam. Mengajak para kaisar, raja untuk memeluk agama Islam,” terangnya.
“Karena politik luar negeri Islam itu adalah bagaimana menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia,” tambahnya.
Ia menilai bahwa manusia sesungguhnya tidak bisa lepas dari politik. “Pilihan kita terkait politik ini hanyalah dua. Apakah kita menjadi pelaku politik ataukah kita menjadi objeknya,” ujarnya.
“Seperti sekarang ini, kita sangat menyayangkan umat Islam dari segi politik. Meskipun jumlahnya besar, lebih kepada menjadi objek politik dibanding menjadi subjek politik atau pelaku politik,” pungkasnya.[] Ajirah