Mediaumat.info – Menanggapi pernyataan Menteri Haji Arab Saudi Taufik al-Rabi’ah yang mengatakan slogan politik tidak memiliki tempat selama haji, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menegaskan bahwa Islam dan politik tidak bisa dipisahkan.
“Islam dan politik itu tidak bisa dipisahkan,” ujarnya dalam Kabar Petang: Keterlaluan! Pemerintah Arab Larang Umat Tunjukkan Solidaritas untuk Gaza? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (15/6/2024).
Menurutnya, Islam sebagai ajaran yang mengatur seluruh aspek kehidupan itu tentu mengatur pula masalah politik, karena assiyasah dalam Islam itu berarti adalah pengaturan urusan umat.
“Riayatul syu’unil ummah yang harus dilakukan justru adalah bagaimana umat ini diatur dan diurus urusan-urusannya itu berdasarkan Islam,” tegasnya.
Jadi, ia menjelaskan, umat Islam sesungguhnya sangat membutuhkan pengaturan politik yang yang didasarkan kepada Islam.
“Bahkan kalau kita lihat, dalam ibadah mahdhah sekalipun, seperti ibadah haji misalkan, itu tidak bisa dilepaskan dari aspek politik,” terangnya.
Pertama, sambungnya, dilihat dari makna ibadah. “Makna ibadah secara bahasa itu kan maknanya adalah attha’at atau ketaatan,” jelasnya.
Nah sementara, lanjutnya, ketaatan di dalam Islam itu yang diperintahkan itu adalah ketaatan secara totalitas, bukan hanya pada satu aspek kehidupan saja, bukan hanya wajib taat ketika menjalankan thawwaf, ketika menjalankan rukun-rukun haji yang lainnya, misalkan.
“Tapi adalah dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam berpolitik. Itu ibadah dalam pengertian umum atau aam,” jelasnya.
Pengertian khusus
Adapun ibadah dalam pengertian yang khusus, kalau dilihat, sesungguhnya tidak bisa juga dilepaskan dari aspek politik. “Contohnya adalah haji ini,” ujarnya.
Menurutnya, kalau bicara tentang ibadah haji, tidak bisa dilepaskan dari pelajaran penting yang disampaikan oleh Rasulullah SAW di Arafah.
“Pada tanggal 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan haji perpisahan atau haji wada’, dan kalau kita lihat apa isi khutbah Rasulullah Saw di Arafah, dan itu ibadah ya., itu sangat bermuatan politis,” tandasnya.
Ia mencontohkan Rasulullah SAW dalam khutbahnya itu berbicara tentang berharganya, begitu sucinya harta dan darah kaum Muslim.
“Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atau berharga atau suci seperti sucinya hari kalian ini di bulan kalian ini di negeri kalian ini,” kutipnya.
Jadi, simpulnya, nyawa itu dalam pandangan Rasulullah SAW itu sangat berharga.
“Nah, kalau kita bicara tentang nyawa itu, mau tidak mau kita bicara tentang kondisi umat Islam sekarang. Bagaimana nasib umat Islam di Palestina sekarang, di Gaza, di Rafah, lebih dari 36 ribu yang telah menjadi syuhada. Bagaimana kemudian Rafah itu dikepung oleh entitas penjajah Yahudi, nyawa kaum Muslim di sana terancam,” pungkasnya. [] ‘Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat