FIWS: Amerika Tidak Pernah Simpati terhadap Kaum Muslim
Mediaumat.id – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan Amerika Serikat (AS) tidak pernah bersimpati terhadap kondisi yang menimpa kaum Muslim.
“Amerika tidak pernah bersimpati terhadap kondisi yang menimpa kaum Muslim,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Siapa Mampu Menghukum Junta Militer Myanmar? di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (28/7/2022).
Ia mengatakan, jika AS bersimpati kenapa sampai saat sekarang ini tetap mendukung penjajah Yahudi di Palestina. Kalau AS bersimpati kepada kaum Muslim kenapa AS masih mendukung rezim represif di negeri-negeri Islam seperti di Mesir, Tunisia dan tempat-tempat lain yang melakukan kekejaman terhadap rakyatnya sendiri.
Karena itu apa yang terjadi di Myanmar yakni genosida terhadap kaum Muslim baik AS maupun Inggris mereka sama-sama tidak memiliki simpati sama sekali terhadap kaum Muslim.
“Dua-duanya kalau kita melihat sesungguhnya mendukung penindasan terhadap kaum Muslim,” ungkap Farid.
Selain itu, Farid juga menyoroti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sesungguhnya dibentuk digunakan sebagai alat politik bagi negara-negara pemenang perang yang dikendalikan terutama oleh AS.
“Tidak mengherankan kalaulah kebijakan-kebijakan PBB sebenarnya lebih berpihak pada negara-negara pemenang perang yang memiliki hak veto,” jelasnya.
“Itu bisa kita buktikan bagaimana PBB mandul ketika menghadapi kejahatan Yahudi di Palestina. Banyak resolusi yang sudah dikeluarkan kemudian mandul karena diveto oleh AS,” tambahnya.
Demikian juga ASEAN, itu digunakan AS untuk mengendalikan kepentingannya di Asia Tenggara, begitupun dengan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagai organisasi negara-negara Muslim menjadi alat Amerika untuk mengendalikan kepentingan-kepentingan mereka di negeri-negeri Islam.
Namun, menurut Farid, perang sejati Amerika tetap di Timur Tengah. Karena, di Timur Tengah ada tiga kepentingan Amerika.
Pertama, ada suplai minyak dan energi yang harus ia kendalikan. Kedua, ada kepentingan menjaga entitas penjajah Yahudi. Ketiga, ada kepentingan membendung munculnya kekuatan politik Islam yang akan memengaruhi kawasan regional Timur Tengah apalagi itu akan menyatukan dunia.
“Konflik-konflik ini diciptakan mereka untuk kepentingan mereka,” pungkasnya.[] Ade Sunandar