Tampaknya tidak ada batasan sejauh mana para pejabat yang bertanggung jawab di Badan Investigasi Nasional, National Investigation Agency (NIA) India berkhianat terhadap tugas mereka, dengan membuat kebohongan dan rekayasa, yang dengannya mereka mencoba menipu rakyat India. Mereka melakukan hal tersebut hanya untuk mengabdi pada Narendra Modi dan tujuan busuk pemerintahannya.
Pada tanggal 5 November 2023, sebagaimana dilaporkan oleh situs “opindia.com”, pada 8 November 2023, bahwa pejabat di NIA mengeluarkan siaran pers, beberapa bulan setelah mereka mengambil alih kasus Mei 2023, mereka menyatakan bahwa “tuju belas tahanan Muslim ini adalah anggota Hizbut Tahrir. Mereka dituduh melakukan perjuangan bersenjata melawan India”, sehingga ini menjadi pembenaran atas niat Perdana Menteri, Narendra Modi, untuk melarang organisasi tersebut.
Pemerintahan Modi, yang membanggakan dirinya sebagai negara demokrasi “terbesar” di dunia, tampaknya sangat konsisten dengan negara demokrasi superlatif lainnya, dalam menangani perbedaan pendapat atau pandangan, yaitu dengan menarasikan buruk pendapat atau pandangan pihak lain. Mereka tidak mencari fakta-fakta namun merena menyebarkan dan menanamkan bukti palsu untuk melepaskan diri dari tanggung jawab hukum yang dilanggarnya. Ada kesamaan dalam hal bagaimana menangani setiap protes yang tidak diinginkan di negara demokrasi lainnya, yang semua dihentikan secara brutal, dan atas perintah rezim penguasa. Semua dilakukan dengan dalih untuk menegakkan hukum dan ketertiban, yang seolah-olah lepas kendali karena dugaan adanya pelaku kejahatan yang “tidak diketahui”, provokator, penghasud atau penumpang gelap. Hal ini sering terlihat selama aksi protes petani India pada tahun 2021, di mana para pengunjuk rasa sangat berhati-hati dalam memilih siapa yang akan bergabung dengan mereka, dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu secara hati-hati.
Amerika Serikat, yang dianggap sebagai negara demokrasi “terbesar” di dunia, justru ia sendiri terkenal dengan peran agen-agen intelijennya yang korup, dengan menyebarkan pandangan-pandangan kontrakdiksi di kalangan kaum Muslim yang tidak menaruh curiga, kemudian menyebut mereka yang sependapat dengan pandangannya, sebagai ancaman dan bahaya laten terhadap keamanan negara, atau sebagai “teroris” atau “sel tidur”. Mereka kemudian membuat kehebohan di media, yang bisa mempengaruhi persepsi publik.
Di negara-negara demokrasi di seluruh dunia, agen-agen intelijennya yang korup secara diam-diam merekrut elemen-elemen kaum Muslim yang tidak menaruh curiga, yaitu mereka yang mengakui Islam sebagai cara untuk mengatur umat manusia, atau mereka yang hanya menuruti seruan Jihad. Kaum Muslim yang tidak menaruh curiga ini kemudian dikaitkan dengan konspirasi palsu melawan umat, meskipun tidak ada bukti nyata adanya tindakan kekerasan atau teror yang dilakukannya.
Dunia tidak tahu dengan peran agen keamanan korup yang dengan curang mengaku beragama Islam dan menjadi bagian dari kelompok tersebut, lalu mendorong, memfasilitasi dan mengatur kamp pelatihan yang diberitakan di media. Dunia juga tidak mengetahui pengakuan-pengakuan palsu yang dipaksakan, yang juga dilakukan oleh agen-agen korup ini, namun baru diketahui sekitar satu dekade berlalu, ketika kita membacanya dalam sebuah buku.
Dengan tuduhan dan fitnah terhadap Hizbut Tahrir ini oleh para pejabat yang bertanggung jawab di Badan Investigasi Nasional (NIA), padahal mereka mengerti sepenuhnya sifat pemikiran dan politik dari perjuangan Hizbut Tahrir, maka hal ini justru menodai pekerjaan mereka, dan merusak kredibilitas mereka sendiri, sebab para pejabat ini hanya mendapat olok-olok dan penghinaan atas pekerjaan mereka yang seharusnya penjaga keamanan umat, bukan malah membuat kekacauan di tengah umat. Kebohongan dan penipuan seperti itu jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas mereka. Sebab hal ini hanya akan menimbulkan ketidakpercayaan serius atas penyelidikan mereka di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Parlu diketahui bahwa kerusakan ini hanya membuang-buang waktu dan kekayaan negara. Perilaku rendahan yang dilakukan oleh para pejabat lembaga tersebut, mencerminkan kefanatikan, dan keputusasaan dalam memberikan pelayanan mereka, dengan mengorbankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, yang secara salah ingin mereka proyeksikan kepada dunia.
Tuduhan dan fitnah yang dilontarkan terhadap Hizbut Tahrir di India, yang dipicu oleh protes di Inggris, terkait dengan isu Palestina, mengungkap kejadian lain tentang betapa tidak representatifnya negara-negara demokrasi. Terlepas apakah negara tersebut merupakan negara demokrasi terbesar, atau negara demokrasi tertua, dalam hal mewakili pendirian politik masyarakatnya. Sekali lagi, ada upaya untuk mencoreng dan mendistorsi terkait pihak-pihak yang berbeda pendapat. Meskipun ratusan juta orang di negara-negara demokratis menuntut diakhirinya pendudukan ilegal atas Palestina oleh entitas Zionis, justru pemerintah demokratis adalah negara-negara yang mendukung pendudukan tersebut sejak tahun 1917, dan mempertahankannya, baik itu di Inggris, Amerika, Eropa atau India. .
Hizbut Tahrir tidak pernah bosan menyatakan fakta kepada dunia, tentang dakwah dan metodenya agar kebenarannya diketahui semua orang:
1- Hizbut Tahrir adalah partai politik yang berupaya menegakkan kembali Khilafah di negeri-negeri Muslim. Khilafah yang akan menyatukan negeri-negeri Muslim di bawah satu otoritas politik, menerapkan hukum Allah Swt. dan menjadi mercusuar hidayah (petunjuk) bagi umat manusia lainnya.
2- Metode dakwah Hizbut Tahrir tidak bersifat fisik (kekerasan), melainkan pemikiran dan politik. Ia merupakan pendekatan berdasarkan hukum Islam yang bersifat wajib, dan Hizbut Tahrir tidak menyimpang sedikitpun darinya. Hizbut Tahrir senantiasa terikat dengan metodologi syariah selama lebih dari tujuh puluh tahun, termasuk di beberapa negara di mana anggotanya mengalami perlakuan yang paling tidak manusiawi.
3- Mengingat berbagai taktik keji yang digunakan oleh para pejabat pemerintah yang korup, maka Hizbut Tahrir wajib mengingatkan umat akan perlunya berhati-hati dan tidak menjadi korban penipuan. Namun harus tetap fokus pada manhaj (metode) Nabi Muhammad saw., dimana dakwah Nabi saw. tidak bersifat fisik (kekerasan), melainkan pemikiran dan politik, ketika beliau saw. menegakkan Islam dan kekuasaannya di Madinah Al-Munawwarah. Ketika para sahabat yang telah berbaiat pada Bai’at ‘Aqabah II, Bai’at Nushrah, meminta izin kepadanya untuk memerangi penduduk Mina, di mana mereka masih musyrik, maka beliau saw. bersabda:
«إِنَّا لَمْ نُؤْمَرْ بِذَلِكَ»
“Kami belum diperintahkan untuk melakukan itu.”
Allah Swt. memintanya untuk bersabar dalam menghadapi gangguan dan penganiayaan, sama seperti para rasul-rasul sebelumnya yang juga bersabar. Allah Swt. berfirman:
﴿وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا﴾
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka.” (TQS. Al-An’am [6] : 34).
4- Hizbut Tahrir didirikan sebagai jawabab atas perintah Allah Swt. dalam Al-Qur’an untuk membentuk kelompok yang menyerukan kepada kebaikan (Islam), dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Hizbut Tahrir akan bertahan dengan cita-citanya untuk menegakkan kembali Khilafah ‘ala minhājin nubuwah dan kabar gembira dari Nabi Muhammad saw. Allah Swt. berfirman:
﴿وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبّاً لِّلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ﴾
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (TQS. Al-Baqarah [2] : 165).
Kebangkrutan demokrasi dan kejatuhannya sedang bergema secara lokal dan internasional, setelah ketidakmampuannya untuk mengatasi krisis ekonomi yang baru-baru ini melanda dunia selama dan setelah pandemi Corona, sehingga terungkap nilai-nilai demokrasi dan fakta-faktanya yang sangat tidak manusiawi, juga standar ganda yang digunakannya terkait pembantaian di Gaza. Alasan-alasan ini, dan masih banyak lainnya, mendorong setiap orang yang ikhlas terhadap umatnya, dan berupaya untuk mengadopsi nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, yakni mendorongnya untuk mengadopsi Islam sebagai akidah (ideologi) dan sistem kehidupan, sebab hanya ada dalam Islam saja solusi sejati atas semua permasalahan umat manusia. Islam adalah satu-satunya ideologi yang bebas dari krisis ekonomi, sosial dan kemanusiaan. Untuk ini kami menyerukan kepada rakyat India, Muslim dan non-Muslim, sebagaimana kami juga menyerukan kepada mereka yang berakal dan memiliki hati nurani, serta mereka yang peduli terhadap umatnya di berbagai struktur dan lembaga pemerintahan, bahwa kami menyeru mereka kepada Islam yang agung, karena hanya dengan Islam saja mereka akan dapat melindungi umatnya dari setiap bencana jika mereka benar-benar berusaha untuk mewujudkannya.
﴿ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴾
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. An-Nahl [16] : 125). []
Ir. Shalahuddin Adhadhah
Direktur Kantor Media Pusat
Hizbut Tahrir