Fi’l al-Amr (Kata Perintah)
Soal:
Saudaraku yang dimuliakan, amiruna, semoga Allah menjaga dan memelihara Anda serta menguatkan Anda dengan orang ikhlas dan kuat dari kaum mukmin. Semoga Allah menolong Anda atas beban berat yang Anda pikul. Dan semoga Allah menghimpun kami dan Anda dalam waktu dekat di mana kami menjabat tangan Anda seraya membaiat Anda untuk mendengar dan taat baik dalam kondisi yang kami sukai atau tidak.
Assalâmu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu. Wa ba’du.
Saya mengisi asy-Syakhshiyah juz iii dalam topik al-Fi’lu halaman 168 file elektronik. Saya perhatikan teks berikut “adapun fi’l al-amri adalah apa yang darinya dihilangkan huruf al-mudhâra’ah tidak yang lain”.
Pertanyaannya: fi’lu al-mudhâri’ yaf’alu jika dihilangkan darinya huruf al-mudhâra’ah bukankah menjadi fi’l mâdhi? Artinya bukan fi’l al-amr.
Apakah di dalam ungkapan kita itu ada kata yang hilang dari cetakan?
Semoga Allah melimpahkan berkah kepada Anda dan semoga Anda selalu berada dalam pemeliharaan Allah.
Abdurrahman az-Zayud
Jawab:
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu.
Semoga Allah melimpahkan berkah kepada Anda atas doa Anda yang baik. Dan saya memohon kepada Allah SWT taufik dan dukungan untuk kami dan Anda.
Ucapan itu ada di buku asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah juz iii seputar fi’l al-amr: “adapun fi’l al-amr adalah apa yang darinya dihilangkan huruf al-mudhâra’ah, tidak yang lain”, juga ada di buku-buku ushul. Misalnya dinyatakan di al-Ihkâm fî Ushûl al-Ahkâm karya al-Amidi (i/58):
“Dan al-fi’lu adalah apa yang menunjukkan kejadian yang dikaitkan dengan waktu kejadian. Dan kejadian itu adalah mashdar dan itu adalah ismu al-fi’l (kata benda dari kata kerja). Dan waktu kejadian itu adalah lampau, sekarang dan akan datang. Dan al-fi’lu terbagi menurut pembagian waktu. Al-mâdhî (fi’lu al-mâdhî/kata kerja lampau) seperti qâma (dia telah berdiri) dan qa’ada (dia telah duduk).
Dan masa sekarang dan akan datang ada dalam satu lafazh dan disebut al-mudhâri’ dan dia adalah apa yang di awalnya salah satu dari empat huruf tambahan yaitu: hamzah, at-tâ`, an-nûn dan al-yâ`, seperti ucapan Anda; aqûmu wa taqûmu wa naqûmu wa yaqûmu. Dan pembebasan waktu akan datang dari waktu sekarang dengan masuknya huruf “as-sîn” atau “sawfa” terhadap fi’lu al-mudhâri’, seperti ucapan Anda: sayaqûmu dan sawfa yaqûmu (dia akan berdiri). Dan adapun fi’lu al-amri adalah apa yang darinya dihilangkan huruf al-mudhâra’ah, tidak yang lain, seperti ucapan Anda pada yaqûmu, qum dan semisalnya”, selesai.
Misalnya, dinyatakan di Syarhu Alfiyah Ibni Mâlik karya Utsaimin (iii/11 bitarqîm asy-Syâmilah secara otomatis):
[Pengarang rahimahullah berkata, “dan fi’lu amrin dan madhi adalah buniyâ (mabnî), dan mereka memu’rabkan mudhâri’ jika bebas dari nûn at-tawkîd dan nûn al-inâts seperti yar’annu min fitanin”. Lalu ia berkata, “wa fi’lu amrin wa madhiyin buniyâ -dan fi’lu amr dan madhi adalah mabni-“, yakni: bahwa fi’lu al-amri adalah mabni dan fi’lu al-mâdhi adalah mabni, dan huruf “al-alif” dalam kata buniyâ untuk menunjukkan dua (li tatsniyah) sebab kembali kepada dua.
Wa fi’lu al-amri mabniyun -fil al-amri adalah mabni-. Dan dikatakan adalah mu’rab. Dan yang benar adalah fi’l al-amri itu mabni. Dan fi’lu al-amri itu dibangun atas apa yang dengannya mudhâri’nya dijazimkan. Jika mudhâri’nya dijazimkan dengan sukun maka dia mabnî ‘alâ as-sukûn. Dan jika mudhâri’nya mabnî atas dihilangkannya huruf ‘illat atau dihilangkannya huruf “nûn”, maka demikian juga dia mabni di atas dihilangkannya huruf ‘illat atau dihilangkannya nûn. Karena itu, jika anda membuat fi’l al-amr maka lihatlah fi’l al-mudhâri’ yang dijazimkan kemudian hilangkan huruf mudhâra’ah dan huruf jazm”, selesai.
Untuk menjelaskan hal itu bersandar kepada pembahasan kaedah-kaedah bahasa di sumber-sumbernya, kami katakan dan dengan taufik dari Allah:
1- Fi’l al-amr dari sisi redaksi diambil dari fi’l al-mudhâri’ setelah dihilangkan huruf al-mudhâra’ah. Tetapi karena fi’lu al-amri itu dijazimkan maka redaksinya diambil dari fi’l al-mudhâri’ yang dijazimkan (al-mudhâri’ al-majzûm) setelah dihilangkan huruf al-mudhâra’ah, dan tentu saja setelah dihilangkan alat-alat jazm, sebab itu bukan bagian dari al-fi’l. Jika saya ingin sampai ke fi’l al-amri dari fi’l al-mudhâri’ maka pertama saya masukkan huruf jazm, misalnya huruf “lam” terhadap fi’l al-mudhâri’ agar menjadi fi’l majzûm (fi’l yang dijazimkan) kemudian saya hilangkan huruf jazm “lam”, yakni saya sisakan redaksi yang dijazimkan untuk fi’l al-mudhâri’ tanpa alat jazm itu, kemudian saya hilangkan huruf al-mudhâri’ dari fi’l al-mudhâri’ yang dijazimkan itu, hasilnya untuk Anda fi’l al-amr …
2- Misalnya, fi’l “yakhâfu” dengan dimasukkan “lam” padanya menjadi “lam yakhaf”, dan dengan digugurkan “lam” darinya menjadi “yakhaf”, dan dengan dihilangkan huruf al-mudhâra’ah “al-yâ`u” yang ada di awal fi’l, menjadi “khaf”, dan itu adalah fi’l al-amr dari “khâfa”, dan semisalnya fi’l-fi’l: “yanâmu, yaqûmu, yaqûlu, yazûru …”.
3- Misalnya, fi’l “yafî”, dan dengan dimasukkan padanya “lam” menjadi “lam yafi”, dan dengan digugurkan “lam” menjadi “yafi”, dan dengan dihilangkan huruf al-mudhâra’ah “al-yâ`u” yang ada di awal fi’l menjadi “fi”, dan itu adalah fi’l al-amri dari “wafâ”. Dan semisalnya adalah fi’il-fi’il: “wa’â, waqâ, ra`â …”.
4- Misalnya, fi’l “yadhribu”, dengan dimasukkan padanya “lam” menjadi “lam yadhrib”, dan dengan digugurkan darinya “lam” menjadi “yadhrib”, dan dengan digugurkan darinya huruf al-mudhâra’ah “al-yâ`u” yang ada di awal fi’l, menjadi “dhrib”, tetapi awal hurufnya yaitu huruf “adh-dhâdu” adalah huruf sukun, dan huruf sukun tidak mungkin digunakan untuk memulai ucapan kecuali dengan hamzah al-washal maka menjadi “idhrib”, dan itu adalah fi’l al-amri dari “dharaba”. Dan semisalnya adalah fi’l-fi’l: “da’â, ‘amala, banâ, …”.
5- Ringkasnya, bahwa jika dihilangkan huruf al-mudhâra’ah dari fi’l al-mudhâri’ yang dijazimkan (al-mudhâri’ al-majzûm) maka dihasilkan fi’l al-amri dan bukan fi’l al-mâdhî. Atas dasar itu, apa yang ada di buku asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyah juz iii adalah ucapan yang benar sesuai apa yang dijelaskan di atas dan di dalamnya tidak ada “ucapan yang hilang dari cetakan”.
Saya berharap perkara tersebut telah menjadi jelas sekarang.
Saudaramu Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
14 Syawal 1440 H
19 Juni 2019 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer-hizb/ameer-cmo-site/60880.html
http://archive.hizb-ut-tahrir.info/arabic/index.php/HTAmeer/QAsingle/3960