FDMPB: Muslim Mestinya Jadi Pahlawan Islam, Bukan Demokrasi

Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra mengimbau kaum Muslim untuk menjadi pahlawan Islam, bukan pahlawan demokrasi.

“Jika ingin menjadi pahlawan, mestinya seorang Muslim menjadi pahlawan Islam yang hidupnya digunakan untuk membela agama Allah, bukan malah menjadi pahlawan demokrasi yang bertentangan dengan Islam,” ujarnya kepada media-umat.info, Selasa (10/9/2024).

Karena, lanjutnya, Allahlah pembuat hukum karena sumber kebenaran, tidak sebagaimana demokrasi yang menyerahkan hukum dibuat oleh manusia. Maka jika masih ada Muslim yang justru menikmati demokrasi, sesungguhnya dia telah mengalami disorientasi akidah, atau lebih tepatnya dalam istilah politik mengalami disorientasi ideologis.

“Disorientasi ideologis ditandai adanya sikap sekuler seorang Muslim saat menjadi pelaku politik, khususnya saat masuk dalam sistem,” bebernya.

Adapun pahlawan, menurutnya, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang dianggap sebagai pejuang atau pembela dalam memperjuangkan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya.

“Pahlawan Islam adalah tokoh-tokoh yang dikenal karena keberanian, keteguhan iman, serta perjuangan mereka dalam menegakkan nilai-nilai Islam dan membela umat Muslim. Pahlawan-pahlawan ini tidak hanya dikenal karena sumbangsihnya dalam aspek militer atau politik, tetapi juga dalam penyebaran dakwah, pendidikan, dan keadilan sosial,” tuturnya.

Harus Memilih

Ahmad Sastra membeberkan alasan seorang Muslim harus memilih menjadi pahlawan Islam atau demokrasi.

“Jawabnya karena keduanya adalah berbeda, baik dari asas maupun praktiknya. Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang berfokus pada partisipasi rakyat, kebebasan, dan hak asasi manusia. Islam adalah agama yang mencakup ajaran-ajaran spiritual, sosial, politik, dan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.

Menurut Ahmad, jika seorang Muslim memilih demokrasi dan bahkan ingin menjadi pahlawan demokrasi, berarti telah mengikuti tokoh-tokoh pencetus demokrasi yang justru bukan seorang Muslim, bahkan banyak di antara mereka adalah seorang ateis.

“Sementara, seorang Muslim wajib hukumnya menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam semua aspek kehidupannya,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: