Farid Wadjdi: Masalah Palestina adalah Penjajahan Yahudi

Mediaumat.news – Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi mengungkap masalah mendasar yang terkait krisis Palestina adalah penjajahan Yahudi di bumi Palestina.

“Kalau kita telaah secara mendalam krisis mendasar terkait Palestina ini adalah penjajahan Yahudi itu sendiri. Ini yang menjadi penyebab paling pokok dari masalah Palestina,” tuturnya dalam acara Live Insight #24 PKAD: Arogansi Israel di Masjidilaqsa Simbol Hegemoni Dunia, Jumat (14/5/2021) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Oleh sebab itu, menurut Farid, berbagai solusi apa pun kalau tidak berujung pada pengusiran penjajah Yahudi di tanah Palestina itu tidak akan menyelesaikan masalah.

“Solusi-solusi seperti yang ditawarkan Indonesia yakni solusi two state solution atau solusi dua negara ini sebenarnya solusi lama Amerika. Ini tidak akan menyelesaikan masalah karena solusi dua negara itu artinya pengakuan terhadap penjajah Yahudi. Ketika disebutkan adanya dua negara, meskipun dengan bahasa yang kelihatan indah seperti hidup berdampingan secara damai tapi kenyataannya solusi dua negara itu melegalkan penjajahan Yahudi ini,” ujarnya.

Selain itu, Farid menilai, solusi diplomasi atau perdamaian juga tidak menyelesaikan masalah. “Selama ini kan sering digagas berbagai bentuk diplomasi perdamaian. Mengapa? Karena syarat perdamaian yang digagas oleh negara-negara Barat itu mensyaratkan pengakuan terhadap negara Yahudi ini. Ini juga tidak akan menyelesaikan masalah. Karena dengan pengakuan negara Yahudi ini berarti eksistensi negara Yahudi ini menjadi legal,” terangnya.

Kemudian, ia juga mengatakan, solusi Palestina dengan normalisasi juga tak menyelesaikan masalah. “Normalisasi artinya adanya pengakuan diplomasi terhadap negara Yahudi ini. Sebagaimana yang dilakukan belakangan ini. Dan itu sebenarnya sudah lama dilakukan oleh Turki. Jadi, Turki adalah negara pertama yang mengakui keberadaan negara Yahudi ini. Sejak awal, baru kemudian menyusul Mesir dan setelah itu Yordan. Paling pertama Turki di masa setelah Kamal at-Tartuk, tepatnya Maret 1949. Turki ini negara yang paling awal memiliki hubungan dengan negara Yahudi ini walaupun dinamikanya naik turun. Normalisasi itu juga tidak akan menyelesaikan masalah karena hanya berujung pada eksistensi penjajah Yahudi,” bebernya.

“Apalagi sekadar kutukan yang sekarang dilakukan itu enggak akan ada efeknya sama sekali. Hanya sekadar kutukan yang dilakukan penguasa-penguasa negeri Islam,” tegasnya.

Termasuk kemanusiaan yang diangkat oleh LSM-LSM internasional yang ingin memosisikan persoalan Yahudi ini adalah persoalan kemanusiaan, menurutnya, juga tak akan menyelesaikan masalah. “Ini juga enggak berefek kalau yang dimaksud kemanusiaan itu tidak berujung pada pengusiran negara Yahudi dari tanah Palestina,” ujarnya.

Oleh karena itu, sekali lagi Farid menegaskan, solusi apapun jika ujungnya masih mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi justru di situ persoalannya.

“Mereka akan semakin kuat. Mereka akan semakin legal. Itulah kenapa Israel itu paling getol ingin negaranya itu dinormalisasi. Melakukan normalisasi dengan negara-negara Arab termasuk Indonesia dan negara-negara lain. Kalau negara Yahudi ini diakui secara normal sebagai sebuah negara maka tindakan apa pun yang dilakukan oleh penjajah Yahudi ini menjadi sah. Atas nama pembelaan terhadap kepentingan nasionalnya,” bebernya.

Menurutnya, itulah persoalan mendasar agar umat Islam bisa melihat dan memahami akar persoalan dari krisis Palestina.

“Maka yang harus dilakukan oleh umat Islam terhadap Yahudi ini tidak lain kecuali jihad fi sabilillah. Tidak ada yang lain,” pungkasnya. [] Achmad Muit

Share artikel ini: