FAKKTA Ungkap Pemicu Penurunan Hegemoni Dolar AS

Mediaumat.info – Ekonom Forum Analisis Kajian dan Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak menilai peningkatan yuan dalam perdagangan Rusia-Cina sebagai pemicu turunnya tren dolar Amerika Serikat.

“Penggunaan yuan dalam perdagangan Rusia-Cina sebagai pemicu tren yang memengaruhi dolar Amerika Serikat, ini mengalami tren penurunan,” tuturnya dalam Kabar Petang: Dollar It’s Over, Rabu (17/7/2024) di kanal YouTube Khilafah News.

Pasalnya, jelas Ishak, berdasarkan data pada tahun 2021, transaksi Rusia menggunakan yuan itu hanya 72 miliar. Namun tahun 2023 meningkat pesan menjadi 1 triliun. Jadi, menurutnya, lebih dari 12 kali lipat peningkatan perdagangan antara Rusia-Cina.

Hal itu terjadi, menurutnya, pasca-invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2021, Rusia menerima berbagai sanksi ekonomi yang mendorong negara tersebut mencari alternatif selain dolar AS.

Ishak menjelaskan, perang Rusia-Ukraina ini memberikan “keuntungan” bagi Cina untuk memperbesar pengaruh perdagangannya di level global, khususnya dengan Rusia.

Kalau tren ini terus bertahan, ujarnya, maka tidak menutup kemungkinan pengaruh dolar ini akan semakin menurun.

Mata Uang Masa Depan  

Ishak mengungkapkan, ada harapan bahwa mata uang yang berpotensi untuk menjadi rising star pada masa yang akan datang itu adalah emas. “Emas sebagai potensi mata uang global di masa yang akan datang,” tegasnya.

Untuk itu, jelasnya, maka harus ada negara yang mengadopsi sistem ini secara resmi. “Kemudian menggunakannya sebagai mata uang domestik dan juga perdagangan internasional,” lanjutnya.

Namun, jelasnya, negara yang menggunakan emas ini harus negara yang bertumbuh, terus berkembang sehingga volume perdagangan global yang menggunakan standar emas ini semakin besar.

“Ini penting,” tegasnya. Karena nanti ketika standar emas ini diadopsi maka kestabilan emas sebagai cadangan tukaran atau sebagai komoditi yang menjadi dasar perdagangan suatu mata uang ini akan menjadi stabil.

“Jadi exchange rate nilai tukar antara mata uang emas dengan mata uang negara lain ini menjadi lebih relatif terkendali,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: