FAKKTA: Negeri Muslim Anggota BRICS Harusnya Bisa Mandiri

 FAKKTA: Negeri Muslim Anggota BRICS Harusnya Bisa Mandiri

Mediaumat.info – Terlepas dari kekuatan negara-negara anggota BRICS, negara-negara Muslim dalam hal ini Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, dan Iran, dinilai Peneliti dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak seharusnya bisa mencapai kemandirian.

“Seharusnya negara-negara Muslim (anggota baru BRICS) dapat mencapai kemandirian dari kekuatan negara-negara penjajah seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina (anggota BRICS sebelumnya),” ujarnya kepada media-\umat.info, Sabtu (6/1/2024).

Pasalnya, negeri-negeri Muslim dimaksud memiliki sumber daya alam yang melimpah, posisi geografis yang strategis, dan populasi yang besar.

Diberitakan sebelumnya, untuk dapat meningkatkan pengaruhnya di kancah global, negara-negara anggota yakni Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS), baru-baru ini melakukan perluasan blok dengan bergabungnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Iran dan Ethiopia.

Menurut Ishak, masuknya negeri Muslim tersebut ke dalam BRICS, disebabkan meningkatnya pengaruh Cina dan Rusia di kawasan Timur Tengah. Sementara di saat yang sama peran AS menurun.

Di saat yang sama pula, Cina sangat bergantung pada pasokan minyak dari Timur Tengah. “Lima puluh persen pasokan impor minyaknya berasal dari negara-negara Teluk, dan delapan belas persen dari Arab Saudi saja,” ungkapnya, memisalkan.

Sebaliknya, kata Ishak menambahkan, negara-negara di Timur Tengah juga membutuhkan investasi untuk diversifikasi ekonomi mereka, seperti dalam sektor pariwisata, dan keuangan.

Sebutlah Cina yang telah berinvestasi di Arab Saudi, mencapai USD5,5 miliar melalui Belt and Road Initiative (BRI). Balasannya, Saudi akan memasok sekitar 700 ribu barel minyak per hari ke Cina, disamping memberikan kesempatan kepada Huawei mengembangkan teknologi 5G ke Arab Saudi.

Bahkan untuk ditambahkan, antara 2005-2020, Arab Saudi menerima porsi terbesar investasi Cina di dunia Arab. Arab Saudi mendapatkan porsi 20,3 persen atau senilai USD196,9 miliar dari investasi Cina di kawasan tersebut.

Di sisi lain, dampak ekonomi ini pun meningkatkan pengaruh politik Cina. “Memungkinkan Cina untuk memulihkan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran, yang sebelumnya dibiarkan oleh Amerika,” imbuhnya.

Hubungan Arab-AS

Lantas terkait anggapan atas keterlibatan Arab Saudi ke dalam BRICS bakal mengurangi pengaruh dan kekuatan AS, menurut Ishak, tidak secara otomatis demikian.

“Brazil, India, dan Arab Saudi tetap menjadi mitra utama AS, meskipun mereka bergabung dalam kerja sama BRICS,” jelasnya.

Artinya, hubungan mereka dengan AS juga mengalami pasang surut. Semisal ketika Arab Saudi terlibat dalam boikot ekspor minyak ke AS tahun 1973 yang mengakibatkan ekonomi Barat porak-poranda.

Namun, karena menganggap kekuatan militer AS yang terkuat, menjadi salah satu alasan mengapa negara-negara BRICS masih menjadikan AS sebagai mitra utama mereka.

Potensi Negeri Muslim

Di tengah kondisi negeri Muslim yang demikian, Ishak menyayangkan rezim dan sistem pemerintahan ekonomi yang ada, justru tidak mendukung optimalisasi potensi kemandirian ini untuk menjadi negara berpengaruh di tingkat internasional.

Untuk itu, demi bisa mendorong kemajuan negara-negara Muslim, termasuk di Timur Tengah, terang Ishak, mereka perlu melepaskan ketergantungan pada negara-negara Barat dan Cina.

Sebagai gantinya, jelas Ishak, dunia Islam haruslah menegakkan kekhilafahan Islam. Kekhilafahan Islam merupakan bentuk penyatuan politik dalam pemerintah yang menjadikan Islam sebagai dasar dari seluruh aspek kehidupan.

Lebih dari itu, beber Ishak, dengan sistem pemerintahan Islam secara totalitas dapat menjadi langkah menuju keberhasilan, sebagaimana masa keemasan pada zaman kekhalifahan hingga masa Khilafah Utsmaniah berakhir pada tahun 1924 M.

Pun dengan kesatuan politik dan penerapan ajaran Islam secara paripurna tersebut, kekuatan umat Muslim menjadi lebih kuat, baik dari aspek politik, militer, ekonomi, termasuk perdagangan, keuangan moneter. “Kekuatan ini akan menjadikan umat Islam akan unggul di level global,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *