FAKKTA: Kapitalisme dan Liberalisme Gagal Ratakan Kesejahteraan

Mediaumat.id – Peneliti Forum Analisis Kebijakan dan Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak menilai sistem kapitalisme dan liberalisme gagal memberikan kesejahteraan yang merata kepada masyarakat.

“Kalau menurut saya bahwa sistem kapitalisme dan liberalisme ini saya kira sistem yang gagal tidak bisa memberikan kesejahteraan secara merata kepada masyarakat,” ujarnya di acara Dialogika: Sri Langka Bangkrut, Indonesia Bisa Kena? di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Sabtu (16/7/2022).

Menurut Ishak, apa yang terjadi di Sri Lanka sebenarnya pernah terjadi di beberapa negara, seperti krisis yang terjadi di Turki dan negara-negara Amerika Latin, bahkan menurutnya, negara-negara kampiun kapitalisme seperti di Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa juga mengalami krisis yang parah pada tahun 2008.

“Apa lagi Indonesia mengingatkan kita atau kita berpikir ulang apakah sistem ekonomi yang di terapkan di Indonesia dan juga di terapkan di negara-negara baik itu negara maju maupun negara berkembang seperti Sri Lanka, Indonesia ini sudah tepat atau tidak,” ujarnya.

Ia menegaskan, bagaimana ketergantungan negara-negara Muslim dengan utang ribawi yang luar biasa buruknya.

Menurutnya, kalau mereka mampu untuk mengelola APBN mereka tanpa bergantung dengan utang ribawi, maka sebagian dari persoalan fiskal akan terselesaikan.

Selain itu menurut Ishak, negara-negara Muslim termasuk Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam (SDA).

Menurutnya, kalau mereka mampu mengeloa sumber daya alam secara mandiri tidak tergantung pada investor asing, maka akan cukup untuk menghidupi negara tersebut dan mampu menjadi negara maju.

Ia menegaskan, dalam masalah krisis di sektor keuangan dan moneter juga bisa diselesaikan oleh Islam, ketika negara mengadopsi sistem keuangan yang berbasis non riba dan mengadopsi mata uang dinar dan dirham.

“Saya kira secara ekonomi kita bisa berdebat masalah keefektifan sistem mata uang ini (dinar dan dirham) di dalam menjamin kestabilan mata uang dalam jangka panjang, sehingga inflasi bisa terjaga dan tidak diakibatkan oleh adanya kebijakan moneter bank sentral yang jor-joran dalam mencetak mata uang untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.

Menurutnya, Islam menawarkan banyak hal bahkan segala hal berkaitan dengan konsep-konsep ekonomi di dalam pembangunan ekonomi suatu negara dan juga pembangunan ekonomi global.

“Saya kira ini yang perlu menjadi konsen umat Islam bagaimana agar kita bisa memandang ini sebuah konsep alternatif yang juga di dalam hukum-hukum Islam dikatakan sebagai sebuah kewajiban yang diterapkan baik individu maupun dalam bentuk pemerintahan,” pungkasnya.[] Aslan La Asamu

Share artikel ini: