Mediaumat.id – Peneliti Forum Kajian dan Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak mengatakan mahalnya bahan bakar minyak (BBM) karena Indonesia tidak optimal memanfaatkan sumber energi domestik.
“Ini karena kita tidak optimal memanfaatkan sumber energi domestik, sehingga Indonesia semakin bergantung pada impor,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (9/8/2022).
Menurutnya, harga minyak impor sangat dipengaruhi oleh spekulasi di pasar berjangka, juga dipengaruhi oleh nilai tukar yang saat ini terus melemah akibat capital outflow investor asing.
Karena itu, PT Pertamina kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya pertamax turbo menjadi Rp17.900/liter dari sebelumnya Rp16.200/liter. Dexlite naik menjadi Rp17.800/liter dari sebelumnya Rp15.000/liter. Kemudian, harga pertamina dex menjadi Rp 18.900/liter dari sebelumnya Rp16.500/liter.
Meskipun menurut Ishak yang harganya naik hanya sekitar 5 persen dari total penjualan BBM Pertamina, sehingga dampaknya tidak begitu besar kepada rakyat banyak namun tetap ada sumbangan inflasi. “Namanya inflasi tetap buruk,” tegas Ishak.
Ishak mengatakan, jika mengacu kepada Islam maka potensi Indonesia mendapatkan harga BBM murah sangat bisa.
“Seluruh sumber energi seperti migas dan batu bara dikuasi oleh negara sehingga harga perolehan bisa lebih rendah. Kemudian, negara tidak bergantung pada mata uang kertas tetapi mata uang emas dan perak sehingga harga perdagangan luar negeri menjadi lebih stabil,” pungkasnya.[] Ade Sunandar