Facebook Ketahuan Bias dalam Konflik di Palestina, Begini Kata Analis Medsos
Mediaumat.info – Merespons pemberitaan tentang sikap Facebook, salah satu platform media sosial, yang mengakomodasi permintaan sensor terhadap unggahan perlawanan Palestina, namun mengacuhkan ujaran kebencian kepada Palestina berbahasa Ibrani, Analis Media Sosial Rizqi Awal menyampaikan begini.
“Tidak bisa tidak, bahwasanya seruan persatuan umat, seruan ukhuwah islamiah itu bukan sekadar lip service,” ujarnya kepada Mediaumat.info, Kamis (29/11/2023).
Tetapi, sambung Rizqi, seruan dimaksud juga harus dijadikan sebagai bentuk dukungan kepada kaum Muslim di bumi Palestina. Bahkan lebih dari itu, agar pembebasan Palestina dari segala bentuk kezaliman bisa segera terwujud.
Dengan kata lain, terkait keberpihakan perusahaan-perusahaan media sosial, termasuk perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg ini, yang kata Rizqi lebih condong kepada entitas penjajah Yahudi, tentu harus diimbangi dengan kekuatan tekanan oleh sebuah negara dalam hal ini pemerintahan Islam.
“Harus ada pemerintahan yang bisa memberikan tekanan yang luar biasa kepada perusahaan media-media tadi,” tuturnya.
Namun demikian, umat lantas tidak bisa serta-merta berharap kepada para penguasa negeri Muslim saat ini.
“Kalau kita berharap kepada negeri-negeri Muslim saat ini, kayaknya nonsense deh, tidak bisa diharapkan mereka bisa memberikan tekanan kepada media itu tadi,” paparnya.
Artinya pula, kehadiran persatuan umat di bawah naungan Daulah Khilafah Rasyidah Islamiah itu menjadi sesuatu yang harus segera diwujudkan bersama.
Sehingga dengannya, pungkas Rizqi, selain umat Islam bakal dengan leluasa mengopinikan pentingnya persatuan, langkah untuk mengirimkan tentara-tentara terbaik negeri-negeri Muslim untuk menolong warga Palestina pun seketika bisa terlaksana.
Melansir The Intercept sebelumnya, serangkaian iklan yang menyerukan kekerasan terhadap warga Palestina, yang dimaksudkan untuk menguji standar moderasi konten Facebook, ditemukan disetujui oleh media sosial milik Meta tersebut.
Iklan yang dikirimkan, baik dalam bahasa Ibrani dan Arab, mencakup pelanggaran yang signifikan terhadap kebijakan Facebook dan perusahaan induknya, Meta.
Beberapa di antaranya memuat konten kekerasan yang secara langsung menyerukan pembunuhan warga sipil Palestina, seperti iklan yang menuntut “holocaust (pembunuhan massal) rakyat Palestina” dan memusnahkan “perempuan, anak-anak, dan lansia di Gaza.”
Unggahan lainnya, seperti postingan yang menggambarkan anak-anak dari Gaza sebagai “teroris masa depan” dan rujukan kepada “babi Arab”, berisi bahasa yang tidak manusiawi.
Sebaliknya, unggahan seputar pembelaan, atau bahkan sekadar mengunggah video fakta terkait Palestina malah dihapus dengan dalih melanggar ‘standar komunitas kami’.[] Zainul Krian