Mediaumat.id – Alasan Menteri BUMN Erick Thohir yang menyebut akan membubarkan atau menjual anak dan cucu perusahaan pelat merah yang beromzet di bawah Rp50 miliar ‘karena tidak menguntungkan dan hanya menjadi benalu bagi perusahaan induknya’ dinilai Pengamat Ekonomi Arim Nasim tidak sepenuhnya benar.
“Menurut saya, alasan pembubaran BUMN kecil, karena tidak menguntungkan dan menjadi benalu bagi perusahaan induk, itu tidak sepenuhnya benar, karena fungsi BUMN itu bukan semata mata mengejar keuntungan tapi fungsi utama nya adalah pelayanan terhadap rakyat,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (29/12/2021).
Menurutnya, kalau ada kerugian harusnya dilihat dulu apa penyebab kerugian itu, biasanya penyebab kerugian BUMN itu karena ada korupsi dan kolusi dalam pengelolaannya karena kepentingan politik seperti bagi-bagi jabatan di antara kroni-kroni rezim.
“Jadi yang diangkat bukan orang yang profesional, seperti penyanyi diangkat jadi komisaris, justru yang harus dilakukan bukan menjual BUMN tapi memberantas korupsi dan kolusinya,” ujarnya.
Kemudian, terkait alasan kedua Erick Thohir yang menyebut gemuknya BUMN membuat perusahaan menjadi tidak gesit dan sulit dikonsolidasikan juga dibantah Arim Nasim.
“Alasan kedua bahwa BUMN tidak gesit dan sulit dikonsolidasikan itu tidak tepat karena sebenarnya saya melihat tidak gesit dan sulit dikonsolidasikan masalah utama bukan karena gemuknya tapi BUMN sering jadi sapi perah untuk kepentingan pejabat dan partai politik sehingga sering rebutan antara partai politik yang masing-masing memiliki kepentingan untuk kelompok dan partai politiknya bukan untuk kepentingan rakyat dan negara,” bebernya.
Arim mengatakan, di era modern dan canggih banyak perusahaan besar tapi tetap gesit dan mudah dikonsolidasikan. “Alasan ini juga semakin menunjukkan BUMN ini seolah-olah sengaja dibuat rugi untuk dijual. Contoh dulu PLN satu perusahaan kemudian di unbundling menjadi perusahaan-perusahaan lebih kecil kemudian dirugikan dan akhirnya dijual,” ungkapnya.
Seharusnya, lanjut Arim, jika BUMN kecil itu rugi bukannya dijual ke swasta tapi digabungkan lagi dengan BUMN yang lain. “Faktanya yang dijual bukan hanya yang kecil tapi juga BUMN yang besar, bahkan BUMN yang bergerak di bidang strategis yang mengancam kedaulatan negara seperti bandara dan aset negara yang merupakan kebutuhan rakyat seperti jalan tol juga dijual,” jelasnya.
Jadi, kata Arim, alasan sebenarnya penjualan BUMN itu adalah untuk mengokohkan ide liberalisasi dsn swastanisasi. Pemikiran dan konsep yang menjadikan negara ini dijajah secara ekonomi oleh para kapitalis yang menguasai sumber daya alam dan sumber daya energi sehingga rakyat menderita. “Dan yang diuntungkan adalah Londo ireng (Belanda hitam/antek penjajah) yang bekerja sama dengan para kapitalis yang mengkhianati umat dan rakyat,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it