Presiden rezim Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengunjungi Ankara pada Rabu, 4 September 2024, dan diterima oleh mitranya dari Turki, Erdogan. Kedua presiden menandatangani pernyataan bersama pada pertemuan pertama Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi antara kedua negara untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, investasi dan industri … serta menaikkan tingkat volume perdagangan menjadi 15 miliar dolar setiap tahun.”
Mengenai Palestina dan agresi Yahudi, Erdogan mengatakan, “Kerja sama antara Mesir dan Turki serta kontribusi keduanya terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan sangat diperlukan. Kami membahas masalah-masalah di kawasan dan cara mengatasinya, di mana kami sepakat untuk melanjutkan konsultasi di antara kami, dan situasi internal di Palestina menjadi fokus hari ini. Dia menekankan bahwa Mesir dan Turki memiliki sikap yang sama mengenai perlunya segera mencapai gencatan senjata di Gaza, dan datangnya bantuan ke Jalur Gaza.” Ini adalah hal maksimal yang bisa dia lakukan dengan rekannya Sisi. Hal yang sama disebutkan oleh Sisi dalam konferensi pers bersama. Sehingga tidak ada pengiriman tentara atau senjata ke Palestina, namun menunggu sampai gencatan senjata, hal ini dipercayakan kepada Amerika dan entitas Yahudi. Arti perdamaian dan stabilitas di kawasan adalah terpeliharanya entitas Yahudi. Oleh karena itu, pengkhianatan dan kejahatan ibarat bau busuk yang keluar dari mulut mereka.
Mereka juga menegaskan pengkhianatannya terhadap masalah Suriah, karena mereka “Menegaskan komitmen bersama untuk mencapai solusi yang adil dan komprehensif terhadap konflik di Suriah sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 2254,” yang merupakan rancangan resolusi Amerika untuk melestarikan konflik di rezim kriminal Suriah dan identitas sekulernya, serta tidak merugikan tiran Bashar Assad dan geng pembunuhnya.
Erdogan menyapa Sisi dengan mengatakan, “Saudaraku,” padahal sebelumnya dia menggambarkan Sisi sebagai seorang pembunuh dan penindas, bahkan dia berjanji tidak akan meletakkan tangannya di tangannya atau duduk bersamanya. Erdogan menggunakan simbol empat jari mengacu pada pembantaian yang dilakukan Sisi pada tahun 2013 di Lapangan Rabiah al-Adawiya di Kairo ketika membubarkan pengunjuk rasa yang menentang kudeta militernya, yang direncanakan dan didukung oleh Amerika, di mana Menteri Luar Negerinya, John Kerry, menggambarkan kudeta yang dilakukan Sisi sebagai gerakan korektif untuk melestarikan demokrasi, bukan kudeta militer (hizb-ut-tahrir.info, 7/9/2024).
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat