Perdana Menteri Yahudi, Yair Lapid menganggap bahwa dimulainya kembali hubungan dengan Turki adalah “aset penting bagi stabilitas regional”. Pada gilirannya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan dukungannya untuk menjalin kerja sama dan dialog antara Turki dan entitas Yahudi secara berkelanjutan, dan saling menghormati isu sensitif satu sama lain.
Terlepas dari segala jenis pernyataan politik yang keras, dan sikap dingin yang dibuat-buat, yang telah menyelimuti hubungan Turki dengan Yahudi selama dua dekade terakhir, bahkan hubungan kerja sama di antara mereka telah menguat hingga mencapai tingkat aliansi politik, strategis dan militer, sebagaimana yang diungkapkan oleh angka-angka resmi.
Sebagai puncak dari hubungan yang sempurna dan ideal ini, presiden Turki berharap, melalui kembalinya para duta besar, bahwa Lapid dapat memberikan pencapaian politik yang akan memungkinkannya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan dengan nyaman, serta meningkatkan peluangnya untuk menang dan membentuk pemerintahan yang kuat, sehingga dapat menyatukan kembali orang-orang Yahudi yang tercerai-berai, serta memberi mereka kesempatan untuk membuka dan memimpin wilayah itu!
Dengan langkah ini, Erdogan akan menginjak-injak slogan-slogannya yang bergema terkait masalah Palestina, menjilat semua pidatonya tentang garis merahnya terkait al-Quds (Yerusalem), dan mengingkari janjinya kepada rakyat Gaza, bahwa duta besar Turki tidak akan kembali menjalankan tugasnya dengan Yahudi selama pemblokadean masih dilakukan di Gaza.
Terkait dengan semua ini, maka rakyat Turki wajib meninggalkan Erdogan dan menggulingkan pemerintahan sekulernya yang hina, kemudian mengembalikan Turki sebagai basis Khilafah Rasyidah yang prioritas utamanya adalah misi membebaskan Palestina. Jadi, bukannya melakukan normalisasi dengan Yahudi yang memalukan dan menghinakan ini. []
Sumber: pal-tahrir.info, 18/8/2022.