Entitas Pendudukan dan Yudaisasi

Saat ini, ada pembicaraan yang sedang berlangsung mengenai gencatan senjata baru di Gaza yang mungkin akan berlanjut menjadi gencatan senjata jangka panjang atau gencatan senjata permanen, sementara Netanyahu menyatakan bahwa perang tersebut terus mencapai tujuannya meskipun harus menanggung biaya yang besar.

Sekitar 80 hari telah berlalu sejak Perang Gaza, dan mesin perang entitas Yahudi masih bekerja sekuat tenaga, menghancurkan, membunuh, dan menggusur puluhan ribu warga Muslim Gaza. Apa yang diumumkan oleh negara entitas tentang tujuan akhir perangnya, yang tidak memiliki standar khusus, berarti bahwa entitas tersebut akan melanjutkan perangnya kecuali jika dihentikan secara paksa.

Tujuan perang yang diumumkan adalah untuk menghilangkan gerakan perlawanan di Gaza, dan orang-orang Yahudi tahu bahwa ini adalah tujuan yang tidak dapat dicapai, karena perlawanan adalah proses dinamis yang terus berlanjut dan berkembang seiring dengan hadirnya pendudukan. Namun orang-orang Yahudi berusaha mencapai sesuatu yang belum diumumkan secara resmi, meskipun ada banyak pembicaraan mengenai hal ini di kalangan politisi resmi, media dan kalangan tokoh populer, yaitu menduduki kembali Jalur Gaza dan mengusir penduduknya dari sana.

Amerika masih memberikan bantuan kepada entitas tersebut dan membiarkannya berusaha mencapai tujuan ini. Amerika mengatakan bahwa mereka tidak menyetujui pemindahan paksa penduduk Gaza dan menyerahkan interpretasi “pemaksaan” kepada entitas tersebut. Amerika mengatakan bahwa mereka tidak akan menyetujui pendudukan atau pembagian Gaza untuk jangka waktu yang tidak terbatas dan meninggalkan interpretasi dari ini dengan mengatakan “jangka waktu tidak terbatas” kepada entitas.

Demikian pula, Amerika mengatakan bahwa perang tidak boleh berlangsung selama berbulan-bulan, namun dalam beberapa pekan, dan kemudian Menteri Pertahanannya kembali mengatakan bahwa terserah pada entitas untuk memutuskan apa yang dibutuhkan oleh perang tersebut. Ketika Kongres di Amerika mulai mencoba menerapkan pengawasan ketat terhadap bantuan militer Amerika, dan hal itu telah mempersulit Biden pada tahun pemilu, maka pemerintahan Amerika bermaksud menggunakan bentuk bantuan yang diputuskan oleh Kementerian Luar Negerinya dan tidak memerlukan persetujuan Kongres.

Semua itu dilakukan Amerika untuk membuka jalan bagi kebijakannya membentuk dua negara, yang satu adalah Yahudi untuk entitas pendudukan dan yang lainnya adalah Palestina. Biden dan pemerintahannya telah berulang kali menekankan bahwa Amerika mendukung pembentukan negara Yahudi yang demokratis di (Israel), sedang stabilitas politik di Timur Tengah yang menjadi tujuan utama Amerika di kawasan itu, tidak akan terjadi tanpa adanya negara Yahudi yang diakui oleh semua pihak.

Adapun ciri-ciri negara Yahudi, seperti yang diinginkan oleh entitas tersebut, adalah negara untuk orang Yahudi saja, dan tidak ada tempat bagi warga Palestina di dalamnya, baik di wilayah yang diduduki sejak tahun 1948 maupun yang diduduki pada tahun 1967, termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat. Jika hal ini tidak tercapai, maka dengan tegas akan menolak usulan solusi dua negara karena menganggap solusi tersebut tidak adil bagi mereka. Sedangkan negaranya memiliki dua jenis populasi: Arab dan Yahudi, satu negara lagi hanya berisi rakyat Palestina. Negara mereka dalam bentuknya yang sekarang akan kehilangan identitas Yahudinya setelah kurang dari 25 tahun karena perbedaan besar dalam tingkat reproduksi antara masyarakat Palestina dan orang-orang Yahudi di negara entitas tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi saat ini menganggap perang mereka sebagai perang untuk hidup atau mati, seperti yang diungkapkan oleh perdana menteri mereka lebih dari satu kali.

Intinya adalah bahwa perang Gaza saat ini telah mengungkapkan banyak hal yang tersembunyi bagi banyak orang, baik dalam hal kerapuhan negara, bahwa tanpa dukungan langsung dari pasukan internasional, perang tersebut tidak akan bertahan bahkan untuk satu jam pun, dan musuh sebenarnya dari umat Islam adalah kaum kafir Barat, yang pada awalnya menciptakan entitas tersebut sebagai ujung tombak mereka dalam menghadapi Umat Islam, terutama jika umat tersebut berhasil mendapatkan kembali kedaulatannya dan mendirikan negaranya. Sementara entitas-entitas yang didirikan di wilayah tersebut tidak kalah berbahaya dan merugikannya dibandingkan entitas Yahudi itu sendiri, karena mereka adalah pelindungnya, dan yang menghalangi pasukan mereka untuk bergerak membasmi keberadaan kaum Yahudi dalam sekejap mata, bahkan terungkap pula bahwa umat Islam, dimanapun mereka berada dan dalam entitas apapun mereka hidup, mereka mendambakan jihad di jalan Allah dan merindukan hari kemenangan, satu-satunya hal yang menghalanginya adalah tidak adanya Khalifah, pemimpin, dan imam yang adil, di mana mereka akan berperang di belakangnya dan berlindung padanya.

﴿وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS. Yusuf [12] : 21). [] Dr. Muhammad Jilani

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 27/12/2023.

Share artikel ini: