Enam Pabrik Tekstil Tutup, Pelajaran agar Tak Bergantung Negara Lain

Mediaumat.info – Tutupnya enam pabrik tekstil di Indonesia yang mengakibatkan 11.000 pekerja terancam di PHK imbas dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina, menurut Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana harus menjadi pelajaran bagi Indonesia agar tak bergantung negara lain.

“Kondisi ini harusnya jadi pelajaran buat Indonesia agar mampu membangun industri secara mandiri tak bergantung pada AS, Cina maupun negara-negara lain,” ujarnya dalam rilis video di akun TikTok Agung.Wisnuwardana yang diterima media-umat.info, Jumat (25/7/2024).

Agung membeberkan, perang dagang antara AS dan Cina yang sudah berlangsung sekian waktu memang memengaruhi kondisi global, salah satunya kerentanan rantai pasok global. Akibat perang dagang ini terjadi over capacity dan over supplay di Cina, hal itu karena AS dan negara-negara Barat menaikkan bea masuk dan menolak produk Cina. Sehingga produk-produk Cina membanjiri Indonesia termasuk di dalamnya tekstil dan produk tekstil.

Solusi Islam

Agung mengungkapkan, Islam mempunyai solusi bagus terhadap masalah ini.

Menurut Agung, khilafah sebagai institusi politik yang menerapkan ideologi Islam akan merancang revolusi industri untuk melepaskan ketergantungan kepada AS, Cina maupun negara lainnya.

“Negara khilafah bertekat menjadi negara industri yang mampu memproduksi barang-barang berteknologi tinggi termasuk mesin-mesin yang dapat diproduksi secara mandiri di dalam negeri daulah khilafah islamiyyah,” ujarnya.

Agung mengatakan, visi industri negara khilafah dilaksanakan melalui revolusi industri baik pada pengembangan industri barang konsumsi seperti pangan dan tekstil, maupun industri barang-barang modal seperti mesin-mesin yang mampu memproduksi barang berteknologi rendah hingga tinggi termasuk peralatan militer yang mutakhir.

Oleh karena itu, Agung melihat, perubahan menuju negara industri tidak akan ditentukan oleh keberadaan pasar ekspor atau keuntungan semata. Tapi tujuan politik industri ini adalah agar negara Islam dapat melepaskan diri dari metode kehidupan negara-negara kapitalisme sekaligus mengakhiri ketergantungan pada AS, Cina maupun negara lain.

Agung mengungkapkan, untuk mempercepat transfer teknologi dari negara-negara industri maju, negara khilafah akan mendatangkan tenaga ahli atau mengutus warga negara untuk belajar ke negara-negara industri. Dan salah satu strategi untuk mendatangkan, menahan dan memotivasi tenaga ahli ini adalah dengan memberikan berbagai insentif dan fasilitas yang lebih menarik dibandingkan di negara mereka sebelumnya.

“Untuk kepentingan di atas, diperlukan penerapan syariah Islam secara kaffah dalam naungan khilafah, termasuk di dalamnya menata APBN sesuai syariah yang jauh dari utang dan pajak,” pungkasnya. [] Agung Sumartono

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: