Mediaumat.news – Menanggapi terbunuhnya enam laskar Front Pembela Islam (FPI), ahli Geostrategis dan juga Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara mempertanyakan jaminan negara bagi nyawa warga negaranya.
“Pertanyaan mendasarnya untuk apa bernegara jika tidak bisa memberi jaminan nyawa, keadilan dan kehormatan bagi warga negaranya?” ujarnya kepada Mediaumat,news, Selasa ( 8/12/2020).
Menurut Fika, nyawa manusia dalam pandangan Islam jauh lebih berharga dibanding perbatasan negeri atau pun kepentingan satu negara (national security) bahkan, kepentingan satu dunia sekali pun.
Fika menilai, saat PBB baru merumuskan deklarasi HAM tahun 1948, lalu UNDP tahun 1994 juga merumuskan human security sebagai paradigma keamanan baru yang melawan paradigma lama yakni national security karena paradigma inilah yang dituding sebagai pemicu perang dunia I dan II yang menelan korban jutaan manusia akibat konflik wilayah dan nafsu hegemoni negara-negara Eropa. Maka Islam telah jauh melampaui zaman dalam merumuskan konsep keamanan manusia dengan hukum-hukumnya yang luhur.
Dia menyebut, dalam Islam, jaminan harta, darah dan kehormatan adalah nyata bagi setiap warga negara dan itu adalah perintah Nabi Muhammad SAW dalam khutbahnya di hari Arafah. “Jaminan ini adalah visi politik kewarganegaraan Islam yang memberikan ruang hidup bagi manusia dengan jaminan keamanan paripurna,” ucapnya.
Fika mengaku tersayat hatinya mendengar enam saudara mukmin FPI telah meregang nyawa karena konflik dengan aparat, karena mereka Muslim dan darah mereka begitu mahal tapi dengan mudahnya tertumpah oleh aparat.
“Padahal Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi, ‘Musnahnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim’,” pungkasnya.[] Agung Sumartono