Empat Hal Penting dalam Mengokohkan Ketakwaan
Mediaumat.info – Mubalighah Mumun Siti Munawaroh menyampaikan empat hal penting yang harus diupayakan dalam rangka mengokohkan ketakwaan.
“Setidaknya ada empat hal penting yang harus diupayakan dalam rangka mengokohkan ketakwaan,” ujarnya dalam forum Komunitas Keluarga Sakinah: Ramadhan Pergi, Ketakwaan Jangan Lari, Ahad (5/5/2024) di Depok.
Pertama, merasa diawasi Allah. “Bertakwalah kepada Allah di mana pun berada, di pengajian takwa, pulang ngaji takwa, di pasar takwa, di rumah takwa, di keluarga takwa, pemerintah takwa, ekonomi takwa,” jelasnya.
Kedua, senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. “Berarti harus paham tentang hukum yang lima, mulai dari perkara wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram,” terangnya.
Ketiga, qanaah pada rezeki yang kecil. “Tatkala tergoda dengan perkara dunia semua aktivitas ketakwaan mudah dilalaikan. Qanaah artinya merasa puas terhadap segala sesuatu yang Allah berikan. Maka qanaah dari godaan apa pun kondisi ekonomi kita takwa harus tetap berjalan,” jelasnya.
Keempat, senantiasa merasa mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian dan akhirat. bersiap-siap jikalau kematian datang menjemput.
Menurutnya, seorang ulama pernah mengisahkan bahwa takwa itu semestinya seperti orang yang tiba-tiba diberikan kabar kepadanya bahwa ia terkena kanker dan memberitahukan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, kemudian setiap hari pekerjaannya adalah membaca Al-Qur’an, ngaji, shalat, dzikir,
“Kenapa? Karena kematian sudah di depan mata, padahal dulu sebelum diberi kabar tentang penyakitnya ia sering lalai dan banyak melakukan keburukan-keburukan,” bebernya.
Ia kembali menegaskan. “Harusnya suasana takwa itu seperti Allah memberikan kepada kita bahwa kematian itu sangat dekat dengan kita,” tegasnya.
Mumun juga menyebutkan, Rasulullah SAW dalam haditsnya dikatakan bahwanya manusia itu senantiasa memiliki keinginan yang tidak akan pernah puas. Maka janganlah engkau mengikuti keinginan-keinginan itu dan ingatlah selalu akan kematian.
“Jadi, untuk menjaga ketakwaan itu cukuplah kematian sebagai pengingat bagi kita,” pungkasnya. [] Sari Liswantini