Elfikra: Asal-Usul Demokrasi Bukan dari Islam

 Elfikra: Asal-Usul Demokrasi Bukan dari Islam

Mediaumat.id – Direktur Elaborasi Fikiran Rakyat (Elfikra) Ahmad Rizal menegaskan bahwa asal-usul demokrasi bukan berasal dari Islam.

“Demokrasi tidak berasal dari Islam dan asal-usulnya juga bukan dari Islam,” tuturnya dalam acara Catatan Peradaban: Ambigu Demokrasi: L68T Dipromosikan, Khilafah Dipersekusi? Kamis (19/5/2022) melalui kanal YouTube Peradaban Islam.

Rizal lalu mengisahkan bagaimana demokrasi bisa menjadi sistem pemerintahan yang mendunia. “Didahului masa Renaissance (terlahir kembali) di Eropa yang kala itu mengalami Dark Age (zaman kegelapan) yakni kekuasaan dikuasai oleh para penguasa zalim yang didukung oleh para gerejawan, para agamawan yang saat itu beragama Kristen,” kisahnya.

Menurutnya, melalui kebijakan-kebijakan zalim yang didukung para gerejawan, penguasa membuat berbagai macam kebijakan dan aturan yang sangat menzalimi rakyat Eropa. Sanksi berat pun diberikan bagi rakyat yang membelot. Ini menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan luar biasa bagi rakyat saat itu.

“Dari sanalah muncul perlawanan dari para pemikir Eropa dan juga para filosof atas berbagai macam penindasan ini. Kalau ini semua dari Tuhan sebagaimana yang dibicarakan oleh para gerejawan atas apa yang dilakukan oleh para raja atau para kaisar saat itu maka masa Tuhan itu begitu kejam, begitu zalim terhadap manusia?” tuturnya.

“Dari sinilah, mereka melakukan perlawanan dengan menganggap agama tidak perlu dijadikan standar dalam pembuatan undang-undang. Ini yang mereka pikirkan bahkan sebagian dari mereka mengingkari agama, mengingkari eksistensi agama, mengingkari eksistensi Tuhan,” tambahnya.

Ia mengatakan, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya pergolakan sengit yang menimbulkan banyak korban berjatuhan. “Akhirnya mereka berkompromi bagaimana semestinya undang-undang ini dibuat. Agama tetap diakui tetapi tidak boleh berperan dalam mengatur kehidupan dunia. Dengan kata lain agama dipisahkan dari negara,” ungkapnya.

Menurut Rizal, konsekuensinya aturan itu harus dibuat sendiri oleh manusia. “Dari sinilah demokrasi itu lahir, kedaulatan atau hak yang tertinggi dalam menentukan aturan, membuat undang-undang, membuat regulasi itu adalah rakyat (manusia),” terangnya.

Berdasarkan itu, Rizal menggugat, bagaimana umat Islam saat ini malah ikut-ikutan melakukan atau menerapkan demokrasi, sekulerisme? Padahal, Islam memiliki sejarah yang sangat gemilang. Ajaran Islam itu berasal dari Allah SWT Zat yang Maha Sempurna.

Dicontohkan dengan sempurna oleh Rasulullah SAW manusia terbaik, manusia yang menjadi kekasih Allah Zat yang Maha Sempurna. Dan memiliki sejarah yang begitu luar biasa kegemilangannya. “Maka apa alasan umat Islam mengikuti demokrasi, mengikuti sekulerisme?” tanyanya.

Tidak Mudah

Rizal mengisahkan bagaimana akhirnya umat Islam menerima demokrasi. “Sebenarnya tidak mudah mengubah umat Islam mengikuti demokrasi, sekulerisme yang berasal dari Barat. Barat mengupayakan selama beratus-ratus tahun dalam menjauhkan umat Islam dari agamanya,” kisahnya.

Barat, lanjutnya, sangat menyadari kaum Muslim tidak bisa dikalahkan secara fisik/militer. Maka mereka menyebarkan berbagai opini secara konsisten dengan tujuan memisahkan Islam dari umat Islam, hingga umat Islam akhirnya tertipu dengan pemikiran Barat.

Selain itu, kata Rizal, secara internal umat Islam mulai jauh dari nilai-nilai Islam sejak pintu ijtihad ditutup. “Kalau pintu ijtihad ditutup konsekuensinya ketika terjadi persoalan-persoalan baru yang dihadapi oleh umat Islam maka tidak bisa digali hukumnya dari dari dalil-dalil syariah,” ungkapnya.

“Masalah terus bermunculan, lalu dari mana umat Islam memperoleh solusi kalau tidak melirik kepada undang-undang lain? Kebetulan saat itu masa Renaissance mulai bangkit di Eropa sehingga umat Islam mulai melirik ke sana,” sesalnya.

Pemikiran itu kata Rizal, dimasukkan ke benak umat Islam dengan cara halus selama ratusan tahun hingga runtuhnya kekhilafahan Islam 1924.

“Runtuhnya kekuasaan Islam menjadi sebuah pencapaian luar biasa bagi Barat. Mereka akhirnya bisa leluasa menyebarkan berbagai macam ide dan gagasan mereka untuk menjauhkan umat Islam dari Islam,” terangnya.

L68T

Rizal menuturkan L68T bukan berasal dari Islam. “Tidak ada satu pun mazhab yang membolehkan L68T. Satu-satunya yang membolehkan L68T itu sekulerisme, liberalisme. Maka siapa pun yang mengatakan ahlu sunnah wal jama’ah tapi menolerir L68T, Anda ahlu sunnah wal jama’ah yang mana?” herannya.

“Dengan tidak adanya kekuasaan Islam yang menjadi perisai bagi umat Islam menjadikan Barat sangat leluasa memberikan berbagai macam pemikiran-pemikiran mereka ke dunia Islam sehingga umat Islam benar-benar terjauhkan dari Islam,” paparnya.

Ketika umat Islam jauh dari agamanya, saat itulah umat Islam mudah sekali dikuasai.

“Inilah yang mereka inginkan dari umat Islam yaitu jauhnya umat Islam dari nilai-nilai Islam. Ini yang harus disadari oleh umat Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *