Kapitalisme tampaknya telah berada di ambang keruntuhan. Ummat semakin menyadari kezhaliman penguasa terhadap kebijakan yang diterapkan mereka dan kebobrokan bangunan sistem yang menjadi akar dari segala permasalahan. Penegakan Khilafah telah disebut Rasul dalam bisyarah. Namun butuh kesadaran segenap kaum muslimin akan adanya tanggung jawab dan kewajiban bersama untuk menegakkannya. Inilah yang menjadi pokok bahasan Ekspo Rajab Surabaya yang dikemas dalam Resonansi Rajab yang diselenggarakan serentak di 4 titik di waktu bersamaan, Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, dan Surabaya Selatan.
Dimana masing-masing titik giat menghadirkan 4 narasumber. Surabaya Pusat menghadirkan pembicara Ust. Harun Musa, Ust. Ibnu Ali Tamam, Ust. Muhammad Ismail, dan Ust. Shalahuddin Fatih. Surabaya Barat menghadirkan Ust. Faiq Furqon, Ust. Samsul Huda, Ust. Agus Hidayat, dan Ust. Rifai Abdurrofi’, Titik Surabaya Selatan menghadirkan pembicara Ust. Rif’an Wahyudi, Ust. Saifuddin Budiharjo, Ust. Hafidzuddin, dan Ust. M Saiduddin. Titik Surabaya Timur menghadirkan Ust M. Taufiq NIQ, Ust. Suhail Siswanta, Ust. Asyam, dan Ust. S. Asadullah.
Antusias warga Surabaya dalam menyambut agenda Ekspo Rajab, namun kondisi Surabaya yang masih ditengah pandemi, membuat panitia mendesain giat kolosal ini mengurai massa menjadi 4 titik forum yang saling terkoneksi dengan kapasitas yang dibatasi 100 peserta per titik, sehingga warga kota yang tidak bisa hadir dalam kuota giat offline ini, diberikan beberapa link zoom yang bisa diiikuti oleh masyarakat dari berbagai lokasi di Surabaya dan sekitarnya.
“ Semua orang bicara tentang perubahan. Semua orang bicara tentang keadilan. Namun kemanakah sesungguhnya perubahan dan keadilan itu harus dicapai. Inilah titik simpulan yang layak dibahas agar tidak salah arah dan langkah dalam perubahan dan perbaikan atas berbagai persoalan yang menimpa negeri ini.” Tutur ustadz Amilurrahman sebagai moderator di Surabaya Selatan, saat menegaskan poin penting diadakannya acara ekspo rajab 1443 H dengan tema Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam.
Pada setiap titik, Narasumber pertama membahas tentang bagaimana peradaban kapitalis sejak awal kemunculannya telah melakukan pengerusakan dimuka bumi dan hari ini seolah menjelma menjadi sebuah agama baru lalu diekspor ke seluruh dunia hingga merasuki aspek kehidupan kaum muslimin. Ditandai dengan kapitalisasi berbagai lini seperti kapitalisasi sumber daya alam, kesehatan, pendidikan, layanan publik. Kapitalisme telah nyata menciptakan kehidupan yang rusak dan tidak berkah sehingga tidak layak untuk terus diperjuangkan dan dipertahankan.
Narasumber kedua menyinggung firman Allah dalam Q.S Al-A’raf ayat 96, bahwa keberkahan hidup hari ini telah hilang, sebab ketiadaan penerapan hukum Allah secara sempurna dalam Khilafah, sehingga focus pembicaraan Narasumber kedua adalah Masa Depan Islam dengan Khilafah.
Narasumber ketiga menyajikan pemaparan Meski kewajiban penegakkan Khilafah telah jelas disebutkan dalam nash-nash syariat, namun masih ada pihak-pihak yang kontra terhadap ide khilafah. Narasumber ketiga ini menjelaskan dimana akar masalah munculnya pro Kontra Khilafah
“ Yang pertama, karena memang tidak adanya pemahaman yang mendalam dan sempurna tentang khilafah. Ini hanya butuh waktu untuk memahamkan lebih mendetail. Yang susah adalah golongan yang kedua, yaitu orang-orang yang memang tidak memahami lantas menjadi pihak yang sengaja mempropagandakan Khilafah agar tidak diterima. Inilah kebencian, Naudzubillah.”
Musuh-musuh Islam senantiasa berupaya massif menghadang keberlangsungan Khilafah sebab hanya Khilafah yang mampu mewadahi syariat Islam secara Kaffah. Mereka getol menawarkan islam moderat, sebuah konsep dan strategi menerapkan islam ala barat, “ Maka yang terjadi kaum muslim akan alergi dengan agamanya sendiri. Ini berbahaya. Kaum muslim bisa auto imun.”
Pembicara keempat menyampaikan hal yang tidak kalah urgen yaitu bagaimana menegakkan khilafah. Sebab membicarakan Khilafah panjang lebar tanpa bicara metode penegakannya, hanya akan menimbulkan kekeliruan dan bias langkah.
“ Dengan apa kita mendirikan Khilafah? Tentunya dengan metode Rasulullah. Rasulullah memulainya dengan mendakwahi sekitarnya, yaitu mengubah pemikiran dan aturan yang menghamba pada mahluk menjadi kepada Allah. lalu terorganisir dalam sebuah jamaah.” Ini mempertegas bahwa perubahan dan kesempurnaan dakwah Khilafah hanya tercapai dengan cara berjamaah.
Gelombang kebangkitan ummat menyongsong seruan hangat penegakan Khilafah semakin membahana di tengah upaya adu domba ummat dan politik belah bambu ini, menjadikan cahaya fajar kemenangan Islam semakin terang, dan kesadaran ummat Islam untuk bersatu dalam barisan pejuang dakwah Islam semakin menemukan momentumnya. Semoga Allah SWT segera memberikan pertolongan kepada Ummat Islam di berbagai penjuru Dunia untuk bersatu padu dalam Naungan Khilafah ala Minhajin Nubuwwah. Inilah tema sentral Ekspo Rajab 1443 H, 101 tahun tanpa Khilafah, Ambruknya Kapitalisme Bangkitnya Peradaban Islam [ ]