Mediaumat.id – Sejarawan Nicko Pandawa mengungkap umat Islam di Nusantara pernah mengalami kejayaan secara berturut-turut dalam fase jihad di bawah riayah (pemeliharaan) Khilafah Utsmaniah.
“Kejayaan yang berturut-turut ini, fase jihad di Nusantara itu mendapat riayah total dari Khilafah Utsmaniah terutama masa Khalifah Sulaiman al-Qanuni. Ini yang kita sebut fase kejayaan jihad di Nusantara,” tuturnya dalam Launcing Ekspo Rajab 1443 H: Ambruknya Kapitalisme Tegaknya Peradaban Islam, Senin (21/2/2022) yang dilakukan secara daring.
Menurutnya, fase kejayaan itu disajikan dalam film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara bagian pertama (JKDN 1) yang membahas satu fase yang paling berjaya dalam hal perjuangan Islam di Nusantara. “Karena perjuangan Islam di Nusantara itu pernah mengalami satu fase kemenangan. Bahkan, bukan hanya satu kemenangan tetapi kemenangan yang berturut-turut ketika umat Islam di Nusantara masih melawan kafir Portugis (orang-orang Portugal),” ujarnya.
Nicko mengatakan, yang menjadi common enemy dalam JKDN 1 itu adalah orang-orang Portugis. “Dalam fase demikian kita bisa melihat kenapa Nusantara bisa berjaya dengan pejuang-pejuang Islam yang muncul dari Aceh, Riau, Melayu, Malaysia dan juga dari Pulau Jawa khususnya Demak dan Banten,” ungkapnya.
“Bahkan dari timur Nusantara yaitu Kesultanan Ternate,” imbuhnya.
Menurutnya, umat Islam di Nusantara jika diperhatikan mengalami kemenangan yang berturut-turut. “Misalnya kalau kita lihat Fatahillah di Jayakarta. Dia itu memfutuhat, membebaskan Jayakarta dari cengkraman Portugis dan juga Padjadjaran. Kemudian Portugis juga dikalahkan di timur Nusantara yaitu Ternate dengan Sultan Baboellah sebagai pahlawan Islamnya,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Nicko, di bagian barat Nusantara, di Aceh, itu ada Sultan Alauddin Riayat Syah al-Khahar dan Sultan Ali Mughayat Syah yang terkenal sebagai Al-Ghazi fil Bari wal Bahri yakni sebagai ghazi (prajurit di medan perang) yang berperang di darat dan di lautan.
“Mereka semua yang berada di Aceh itu sanggup menggempur Portugis sehingga Portugis hanya bisa bertahan, tidak dalam posisi menyerang,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it