Efek Domino Kenaikan BBM, Muslim Arbi: Malapetaka Kemanusiaan Bangsa

 Efek Domino Kenaikan BBM, Muslim Arbi: Malapetaka Kemanusiaan Bangsa

Mediaumat.id – Efek domino kenaikan harga BBM per 3 September kemarin dinilai oleh Direktur Gerakan Perubahan Muslim Arbi sebagai malapetaka kemanusiaan bangsa.

“Efek domino kenaikan BBM ini adalah malapetaka kemanusiaan bangsa Indonesia,” ungkapnya dalam acara Bincang Perubahan: Naikkan BBM, Mencekik Rakyat dan Merampas Hak Kesejahteraan Rakyat, Kamis (8/9/2022) melalui kanal YouTube Bincang Perubahan.

Arbi menilai, tidak ada alasan paling logis bagi pemerintah harus menaikkan BBM. “Setelah didera pandemi, kemudian terpuruk ekonomi kita, daya beli masyarakat melemah, pendapatan tidak naik, tiba-tiba ada bom waktu kenaikan BBM ini,” ungkapnya.

“Naiknya solar, pertalite, pertamax adalah bom waktu. Ini berbahaya bagi rezim. Kalau mau dipaksakan silahkan risiko tanggung sendiri,” geramnya.

Arbi menilai akibat kenaikan BBM ini rakyat tergoncang.  “Bagaimana tidak? Ke pasar harga-harga naik, naik kendaraan harga naik, pulang ke rumah listrik naik, ke dapur gas naik, sayur mayur naik, telur naik. “Ini akan jadi keributan rumah tangga,” prediksinya.

Di samping menciptakan malapetaka sosial, kata Arbi, kenaikan BBM ini juga pelanggaran konstitusi, merampas hak-hak kesejahteraan rakyat.

“Rezim gagal menyejahterakan rakyat dan mencerdaskan bangsa akibat dari kebijakan yang salah.  Konyol kebijakan ini!” tandasnya.

Ia lalu membandingkan dengan Malaysia, harga BBM di Malaysia separuh dari harga di Indonesia sementara pendapatan perkapitanya Malaysia lebih tinggi dibanding Indonesia.

“Kenaikan BBM yang dipaksakan ini dugaan saya bukan untuk kepentingan rakyat, tapi ini kepentingan rezim dan kepentingan politik, dan ini pesanan dari luar,” ucapnya menduga.

Interpelasi

Arbi mengatakan 82 persen DPR mendukung pemerintah. Tapi hari ini 6 di antara 9 partai yang ada di DPR menolak kenaikan BBM. “Kita ingin DPR menggunakan hak interpelasi bertanya kepada pemerintah ini maunya apa? Kalau tidak, anda (DPR) zalim juga,” tegas Arbi memberikan saran.

Ia juga memberikan saran untuk presiden agar mengubah keputusan mumpung belum terlambat. “Kalau tidak, ini akan menjadi tsunami yang akan menggulung Anda sebagaimana terjadi pada presiden Srilangka,” tukasnya.

Terakhir, Arbi memberikan kesimpulan, “Saya menolak kenaikan harga BBM dan meminta kepada Presiden untuk mengubah keputusan sebelum terlambat, agar tercipta kondisi kondusif di tengah masyarakat. Kalau tidak, ini akan menjadi bola-bola politik yang akan berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *