Mediaumat.news – Setidaknya ada dua ciri khas Reuni 212 yang harus dipertahankan sehingga aksi damai jutaan massa setiap 2 Desember ini menjadi penting.
“Reuni 212 dalam pandangan saya penting ya. Pertama, mengingat bahwa Reuni 212 ini semacam gerakan mainstream baru di tengah umat Islam dengan ciri khas yang seharusnya tetap dipertahankan,” ujar Farid Wadjdi, Pemimpin Redaksi Tabloid Media Umat, saat wawancara live dengan Radio Dakta 107.0 MHz FM Bekasi, Rabu (27/11/2019) pagi.
Menurutnya, ciri khasnya itu adalah pembelaan terhadap Al-Qur’an, pembelaan terhadap Islam. Ini yang dibutuhkan umat Islam di Indonesia sekarang ini ketika serangan terhadap ajaran Islam termasuk kepada ulama itu tampaknya semakin menguat.
“Jadi Reuni 212 penting untuk mempertahankan bahwa 212 itu pembelaan terhadap Islam, pembelaan terhadap Al-Qur’an. Dan sekarang pembelaan terhadap Rasulullah SAW ketika muncul kasus dugaan penghinaan yang dilakukan oleh Sukmawati,” bebernya.
Kedua, lanjut Farid, Reuni 212 ini merupakan mainstream baru di tengah umat Islam yang lintas ormas, bahkan bisa disebut lintas parpol. Bahkan lintas mazhab, yang menyatukan berbagai kelompok Islam.
Dan ini menjadi sangat penting di Indonesia di saat sekarang ini upaya untuk melakukan politik adu domba, politik belah bambu antar ormas Islam kencang sekali dilakukan oleh rezim berkuasa.
Bermuatan Politik
Farid juga tidak menampik bila Reuni 212 bermuatan politik.
“Memang Islam dan politik itu tidak bisa dipisahkan. Justru menjadi sangat aneh bila Reuni 212 itu tidak menyinggung masalah politik. Karena justru persoalan yang menjadi vital terkait umat Islam sekarang ini persoalan politik. Terutama ketika kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang yang kecenderungannya anti Islam. Sehingga muncullah narasi-narasi politik, kebijakan-kebijakan politik yang itu menyudutkan Islam,” ungkapnya.
Karena itu justru Reuni 212 ini terkait dengan urusan politik. “Kalau hanya urusan kumpul-kumpul, apa gunanya Reuni 212?” tanyanya retoris.
Adapun politik yang dimaksud Farid yang harus ada pada Reuni 212 adalah politik yang didasarkan pada Islam. “Tetapi politik yang didasarkan pada Islam, yang berpihak kepada Islam, yang membela kepentingan umat Islam. Bukan politik yang membela personal atau membela parpol tertentu. Tentu politik yang seperti ini yang kita inginkan,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo
View Comments (2)
Semoga Islam segera berjaya, diterapkan secara kaffah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
ummatan wahidah