Dua Catatan Penting terkait Penerimaan Pajak Lampaui Target

Mediaumat.id – Pengasuh Baitul Qur’an Ta’lim Center Guru Lutfi Hidayat memberikan dua catatan penting terkait pernyataan Menkeu Sri Mulyani yang merasa lega karena penerimaan pajak melampaui dari yang ditargetkan.

“Ada dua catatan penting menyikapi pernyataan Menkeu bahwa penerimaan pajak jauh melampaui dari yang ditargetkan,” tuturnya dalam Kabar Petang: Sistem Ekonomi Islam, Berkah dan Menyejahterakan, Jumat (6/1/2023) di kanal YouTube Khilafah News.

Pertama, kedudukan Sri Mulyani adalah bukan Menteri Perpajakan namun Menteri Keuangan. “Yang saya lihat, Sri Mulyani ini fokus pekerjaannya melototi target pajak melulu. Padahal negeri ini kaya dan Menkeu seharusnya mampu mengelolanya untuk mendapatkan penerimaan negara di luar pajak,” ujarnya.

Sistem yang digunakan negeri ini, menurutnya, memang meniscayakan penghasilan atau pendapatan utama negara bersumber dari pajak. “Padahal sesungguhnya negeri ini adalah negeri yang sangat kaya dengan sumber daya alam, plasma nutfah dan, panjang pantainya. Saya kira ini sangat berpotensi,” imbuhnya.

Kedua, pajak adalah penerimaan dari rakyat. “Rakyat kebanyakan yang mayoritas memiliki pendapatan rendah ini yang semakin banyak memberikan porsi pajak. Artinya semakin banyak penghasilan dari pajak berarti semakin besar memotong uang rakyat yang melampaui batas,” urainya.

Yang menyedihkan, bebernya, beberapa pegawai pajak malah mendapat bonus hingga ratusan juta karena telah mampu menaikkan pemasukan negara dari pajak. “Sebaliknya dari sudut pandang masyarakat yang menjadi objek pajak, pencapaian target pajak yang semakin meningkat menunjukkan bahwa negara ini semakin dibiayai oleh masyarakat kecil. Tentu ini sangat membebani dan mencekik rakyat,” paparnya.

Penguasaan aset-aset negara seperti sumber daya alam oleh para kapitalis atau para oligarki, menurutnya, membuat negara kesulitan mengelola untuk kepentingan masyarakat. “Inilah fakta yang kita lihat dari pelaksanaan sistem kapitalisme dan sistem pajakisasinya yang semakin mencekik masyarakat,” tandasnya.

Sistem Ekonomi Islam

Menurut Guru Lutfi, sistem kapitalisme adalah sistem yang rusak dan merusak sehingga harus ditinggalkan.

Agar masyarakat menyadari kerusakan sistem kapitalisme ini, ia menilai, penting untuk melakukan pendidikan, penyadaran, dan memberikan masukan positif kepada masyarakat. “Kita harus mencerdaskan masyarakat sehingga paham bahwa sistem kapitalisme ini sangat rusak. Ada solusi yang bisa diberikan sesuai pandangan Islam di dalam Al-Qur’an,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, setidaknya ada tiga faktor yang bisa menjamin sistem ekonomi Islam itu adil dan berkah.

Pertama, menyertakan ruh atau dorongan takwa kepada Allah SWT di setiap melakukan kegiatan ekonomi. “Bagaimanapun ‘tebalnya keislaman’ seseorang namun ketika kosong dari ruh atau interaksi dengan Allah, maka dia bisa menghalalkan segala cara bahkan melakukan yang haram dalam aktivitas ekonominya,” tambahnya.

Kedua, syariat Islam akan mencegah konsentrasi kekayaan hanya pada segelintir orang. “Aset-aset di dalam Islam dibagi menjadi tiga kepemilikan yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Rasulullah sebagai kepala negara telah melaksanakan regulasi ini sehingga tidak ada penumpukan kekayaan pada orang-orang tertentu,” bebernya.

Ketiga, Islam melarang seseorang memakan harta saudaranya dengan cara yang zalim.

“Saya kira inilah tiga faktor yang bisa memberikan gambaran bahwa sistem Islam bisa memberikan kesejahteraan pada masyarakat. Kesejahteraan, keadilan, dan barakah ini adalah kunci dari suati sistem ekonomi yang baik,” pungkasnya.[] Erlina

Share artikel ini: