Mediaumat.news – Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Syahidin, M.Pd. menilai draf Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020-2035 lebih menonjolkan budaya dan menghilangkan istilah agama.
“Di dalam peta jalan yang saya baca itu lebih menonjol budayanya, bahkan istilah agama tidak ada,” tuturnya dalam acara Live Event Focus Group Discussion #10: Peta Jalan Pendidikan Indonesia, Sabtu (13/3/2021) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Menurutnya, kasus ini mencuat di ruang publik setelah diungkap Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. yang menyebut tidak ada frasa “agama” dalam draf tersebut. “Nah, awalnya mungkin diam-diam saja, ketika muncul, baru ramai dibicarakan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menilai wajar kalau ada reaksi yang cukup kuat ketika kata agama ini dihilangkan. “Menurut saya bukan masalah ghazwul fikri lagi, tapi sudah mengarah ke ghazwul ideologi,” ungkapnya.
Ia menegaskan, peta jalan itu berfungsi sebagai petunjuk arah atau membantu untuk bisa sampai kepada tujuan, dalam hal ini tujuan pendidikan. “Pertanyaannya, kenapa masyarakat justru ribut ketika dibuatkan peta jalan? Mestinya kan mereka berterima kasih,” tandasnya.
Suyanto menilai, peta jalan ini seharusnya untuk mengimplementasikan UU Sisdiknas dan peraturan pemerintah yang terkait dengannya. Tapi, menurutnya peta tersebut dibuat tidak merujuk pada tujuan utamanya. “Apakah tujuan peta ini jalan menuju Roma atau tujuannya ke mana?” ujarnya.
Ia mengatakan jika tidak ada peta, maka orang yang berjalan akan kabur. “Tapi, ketika peta itu disusun dengan tujuannya yang tidak begitu jelas, justru malah tambah kabur,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it