Mediaumat.news – Tidak adanya kata “agama” dalam draf Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 dinilai sebagai bentuk nyata dari sekularisasi pendidikan di Indonesia.
“Jelas, peta jalan pendidikan nasional itu adalah bentuk nyata dari sekularisasi pendidikan, bahkan de-islamisasi dan de-agamaisasi pendidikan,” tegas Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (MIY) kepada Mediaumat.news, Senin (8/3/2021).
Karena, menurutnya, masalah ini bukan hanya tidak adanya kata atau frasa “agama”, melainkan soal paradigma pendidikan. Ketika kata atau frasa agama tidak ada, itu berarti agama telah tidak ada atau ditiadakan di dalam seluruh pembahasan mengenai pendidikan. Mulai dari analisis masalah, penetapan solusi, hingga bangunan struktur kurikulum dan proses pendidikan.
“Konsepsi seperti ini jelas-jelas telah bukan hanya meminggirkan agama bahkan sudah menyingkirkan agama dari arena pendidikan. Pendidikan macam apa yang digagas oleh Mas Menteri, bila demikian?” ujarnya.
Ustaz MIY menjelaskan, secara substansi, pendidikan menurut pandangan Islam adalah upaya sadar, sistematik dan tersrtuktur untuk mendidikan siswa hingga menjadi manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqafahnya serta ilmu kehidupan (sains dan teknologi).
Ia juga menyebut, secara konsitusi, menurut UU Sisdiknas, pendidikan di antaranya disebutkan bertujuan untuk, “Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.”
“Pertanyaaan besarnya, bagaimana tujuan pendidikan konstitusional sebagai rumusan tadi bisa dicapai bila dalam peta jalan jelas-jelas menyingkirkan agama? Nol. Apalagi jikalau menggunakan tolok ukur pendidikan secara substansial menurut Islam di atas, maka peta jalan tadi jelas makin menjauh dari Islam,” bebernya.
Tolak Disahkan
Dengan tegas, Ustaz MIY juga menolak disahkannya draf sangat sekuler tersebut. Sebab, bila dibiarkan, pendidikan makin tak jelas arah.
Menurutnya, dengan pendidikan seperti sekarang ini saja, berbagai problematikan remaja seperti seks bebas, hamil di luar nikah, kriminalitas, tawuran, narkoba dan lain-lain datang bertubi-tubi, apalagi nanti bila benar-benar menyingkirkan agama. Problematika itu pasti akan makin mengerikan.
“Maukah kita membiarkan puluhan juta generasi muda kita diperlakukan seperti itu? Maka, di titik ini sungguh tak pantas, siapa pun yang punya pikiran seperti ini, duduk di dalam jabatan di kementrian pendidikan,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo