Mediaumat.news – Merespon cuitan Abu Janda yang mengatakan Islam sebagai agama arogan, Cendekiawan Muslim Dr. Ahmad Sastra mengatakan itu adalah tuduhan yang keji atau fitnah yang menyakiti hati umat Islam.
“Kalau orang sombong memang ada. Tapi kalau ini, Islam itu kan nama agama, maka mengatakan Islam sebagai agama arogan adalah tuduhan yang keji atau fitnah yang tentu saja menyakiti hati umat Islam,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Senin (01/02/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Ahmad Sastra, bagaimana mungkin agama yang melarang umatnya itu untuk berbuat arogan atau sombong malah dituduh sebagai agama arogan. Sebab kalau melihat sejarah Islam itu hadir justru untuk melawan arogansi kekuasaan dan politik pada setiap masa. Contohnya di masa Rasulullah SAW, Islam itu untuk menghentikan arogansi para pemuka Quraisy di antaranya Abu Jahal dan Abu Lahab.
Ia menduga kuat buzzer yang dibayar ini selalu menyerang Islam dikarenakan ada target jangka pendek dan target jangka panjang. Target jangka pendek hubungannya dengan politik praktis, yaitu digunakan untuk menyerang lawan-lawan politik atau orang yang anti pemerintah. Sebab pasca 212 ternyata umat Islam masih ada, kesadaran politiknya semakin kuat. Maka upaya-upaya untuk memojokkan Islam akan dilakukan.
Sedangkan target jangka panjang, ia nilai motifnya sudah ideologis. Mereka melihat secara global bahwa Islam itu sebagai sumber kebaikan, sumber peradaban, dan Islam sebagai kekuatan yang sudah mulai bangkit kembali, maka hal ini menjadikan ghazwul fikri atau perang pemikiran dari liberalisme dan sekulerisme.
Ahmad Sastra memandang, para buzzer yang jelas-jelas melanggar UU ITE ini seolah-olah aman dari jeratan hukum sebab mereka itu dibayar. Kalau dibayar berarti mereka dipelihara, artinya mereka dilindungi.
Ia mengungkapkan, dalam demokrasi ada istilah tidak ada makan siang gratis semuanya transaksional. Maka secara logika tidak mungkin seorang yang mengatasnamakan diri sendiri berani melakukan penyerangan-penyerangan terhadap Islam yang merupakan agama mayoritas di negeri ini, secara psikologis tidak mungkin berani seperti itu, kecuali dilindungi oleh sesuatu yang lebih besar, yang bahkan bisa menguasai negeri ini.
“Nah kalau kita lihat lahirnya buzzer-buzzer ini kan sebenarnya berkaitan dengan pilpres kemarin itu, sehingga kita bisa menebak ya, menduga dengan dugaan yang kuat bahwa mereka itu kan kemudian peliharaan yang hari ini berkuasa,” pungkasnya.[] Agung Sumartono