Di Wamena Papua terjadi kerusuhan yang banyak menelan korban jiwa, aksi demo mahasiswa yang hampir dilaksanakan di berbagai daerah hingga anak Sekolah Teknik Mesin (STM) pun ikut andil turun ke jalan. Terakhir disusul dengan aksi massa Mujahid 212 yang jumlahnya ribuan orang ikut dalam aksi dengan tema “Selamatkan NKRI”. Hal ini semakin menambah komlpeks permasalahan negeri ini. Mulai dari kemiskinan, perpecahan, kezholiman dan ketidakadilan. “Apakah kita mau mempertahankan kondisi negeri ini atau kita mau berubah dan bagaimana cara mengubah permasalahan negeri ini” ungkap Moderator M. Sidik Lubis.
Mengawali diskusi ini, salah satu peserta yaitu Ustad Musdar Sya’ban memberikan tanggapannya yaitu, “Permasalahan negeri ini yang terjadi adanya penguasa yang tidak amanah, sistem yang buruk dan adanya ulama ulama yang Su’. Solusi terbaik bagi Ibu Pertiwi adalah hijrah yang diawali oleh umat Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau merubah masyarakat jahiliyah kota Makkah dengan hijrah ke kota Madinah, sehingga mampu merubah masyarakat kota Makkah”.
Lanjut beliau, amal dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah pada saat di kota Makkah berbeda dengan amal dakwah pada saat di kota Madinah. Dimana dakwah di kota Makkah adalah dakwah perjuangan dan tantangan yang sangat luar biasa yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat, sehingga terjadi pemboikotan kurang lebih salama 3 tahun lamanya. Rasulullah hampir terbunuh dan mereka masih tetap kokoh pada pendiriannya”.
Inilah yang terjadi di negeri kita saat ini, dimana ulama yang berseberangan dengan penguasa dan ulama-ulama yang memperjuangkan Islam dengan benar, yang menyeru kembali kepada Al_Quran dan As-Sunnah, maka ini akan dipersekusi lalu dikatakan sebagai ulama yang radikal dan teroris. Namun, beda halnya dengan ulama yang mau merapat dengan penguasa, maka ulama tersebut dikatakan kaum yang modernis yaitu kaum yang bisa diajak bicara.
Maka dari itu Ustad Mudar Sya’ban mengatakan kita para ulama perlu hijrah menuju seperti hijarahnya Rasulullah SAW, pada saat menuju daulah di Madinah dengan cara kita berjuang menyadarakan umat. Tanggung jawab ini ada di pundak ulama, karena umat butuh bimbingan dan tununan dari tangan para ulama. Rasulullah SAW mengatakan jika para ulama diam, maka sama halnya dengan setan yang bisu, tentu ini tidak kita ingin masuk ke dalam golongan setan yang bisu,
Maka para ulama harus menyuarakan yang haq dan yang batil meskipun mendapatkan resiko yang besar sama seperti hal yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat ketika berdakwah di kota Makkah.
“Perubahan kita harus jelas yaitu ke arah perubahan ke sistem Islam bukan sistem yang lain”, seru beliau.
Di akhir pernyataannya Ust. Musdar Sya’ban mengajak para ulama, peserta diskusi menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai penuntun menuju perubuhan, dengan mengingat janji Allah SWT dan janji Rasulullah SAW
“Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam”.[HR. Imam Ahmad]“
Selain itu, peserta diskusi lainnya Ustad Musa Abdul Ghoni, memberikan gagasan solusi dengan antusias di tengah-tengah forum diskusi Ulama dan Tokoh ini. Dia mengawali dengan Firman Allah SWT,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d: 11).
Dalam catatatannya, negeri ini sudah lama bermasalah sejak runtuhnya Kekhilafaan Turki Utsmani 1924 hingga sampai saat ini. Bahkan pada tahun 1998 perubahan yang terjadi yaitu reformasi yang tadinya diharapkan dapat membawa perubahan bagi bangsa ini, namun justru bertambah buruk.