Diskriminasi-Intoleransi India dan ‘Mandulnya’ Penguasa-Penguasa Itu…
Oleh: Hadi Sasongko (Direktur POROS)
Mengerikan! Korban meninggal akibat bentrokan antara umat Hindu dan Islam di New Delhi, India terus bertambah hingga 38 orang. Lebih dari 200 orang mengalami luka-luka.
Dikutip dari AFP (27/2), 34 orang tewas tercatat di Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (BTB). Direktur Rumah Sakit BTB Sunil Kumar mengatakan semua korban tewas mengalami luka tembak.
Diamnya sikap para pemimpin dunia Islam terhadap tindakan semena-mena India dianggap sebagai penghinaan terhadap kaum Muslim, dan tidak menghargai darah mereka yang ditumpahkan, di mana hal itu tidak diperbolehkan dalam Islam. Sebab semua tahu bahwa kezaliman negara Hindu tidak mengenal batas, serta berbagai badai kezaliman yang dilakukan oleh negara ini terhadap kaum Muslim di Kashmir yang dijajah, termasuk pembunuhan, berbagai kejahatan yang menyebabkan kebutaan dan mutilasi, serta perkosaan yang masih berlangsung sejak hampir tujuh puluh tahun. Sehingga, agresi negara Hindu yang terus berlanjut ini menegaskan api permusuhan kaum musyrik yang begitu mendalam terhadap kaum Muslim. “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (TQS. Al-Ma’idah [5] : 82). Ini dari sudut pandang hukum Islam.
Musibah umat Islam hari ini nampaknya ada di para penguasa di negeri kaum Muslim yang tidak peduli terhadap nasib saudara – saudarinya, bahkan tidak juga untuk sekedar mengatakan protes. Padahal potensi kekuatan milik kita cukup, bahkan lebih dari cukup, untuk mengembalikan hak-hak kita dengan mulia dan membisikkan kepada musuh pelajaran yang mereka ingat hingga kuburnya. Tetapi, para penguasa yang berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin, mereka tunduk kepada tuan-tuan mereka kaum kafir imperialis lebih lebih dari ketundukan mereka kepada Allah Rabb semesta alam. Mereka melarang tentara memerangi musuh-musuh mereka untuk membebaskan negeri mereka yang diduduki, kemudian dengan kehinaan dan kerendahan itu para penguasa itu mencari sesuatu dari remahan di koridor PBB dan Dewan Keamanan.
Meskipun kebencian terhadap kaum Muslim begitu telanjang di India, namun banyak negara-negara Islam berbondong-bondong melakukan aktivitas bisnis dengan kaum fanatik Hindu. Bagaimana mungkin pemimpin di dunia Islam yang waras dan berakal dapat melakukan aktivis bisnis dengan mereka yang melarang memakan dewa-dewanya, dan pada saat yang sama mereka tidak melihat bahaya apapun dalam penjualan dewa-dewanya dengan harga murah?[]