Direktur Pamong Institute: Pindah Ibu Kota Harus Utamakan Kesejahteraan Rakyat

Mediaumat.id – Terkait dengan rencana pemindahan ibu kota baru, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky mengingatkan, pindahnya ibu kota harus mengutamakan kesejahteraan rakyat.

“Tentu kesejahteraan rakyat harus menjadi pertimbangan utama. Bukan hanya sekadar demi kesejahteraan segelintir orang yang dekat dengan penguasa. Alias demi bisnis dan kesejahteraan para oligarki,” ujarnya kepada Mediaumat.id, Rabu (19/1/2022).

Menurutnya, pindah ibu kota harus dengan pertimbangan yang matang dan demi meningkatkan kesejahteraan rakyat.  “Apakah dengan pindah ibu kota itu, lalu rakyat jadi sejahtera? Tak ada lagi rakyat yang miskin? Atau justru dengan pindah ibu kota itu malah membebani rakyat dengan pajak dan utang?” tanya Wahyudi.

Ia mengibaratkan sebuah keluarga yang belum sejahtera, atau prasejahtera (bahasa halus dari keluarga miskin yang tak sejahtera), masih banyak anak yang kurang gizi, sakit-sakitan karena wabah dan pandemi, bahkan ada yang putus sekolah karena lesunya ekonomi. “Lalu sang Bapak malah berutang (kredit) untuk membangun rumah mewah nan megah. Bukan untuk biaya berobat atau biaya pendidikan anaknya,” jelasnya.

“Katanya, demi gengsi, nama baik keluarga dan bangsa. Namun itu dilakukan di atas rintihan kesakitan dan kelaparan anaknya. Bahkan ratapan dan tatapan hampa kebodohan anaknya yang putus sekolah,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia sampaikan, disinyalir utang itu mengandung jebakan bunga yang haram dan mencekik leher. “Dalam situasi ini, maka sang Bapak harus diingatkan agar kembali kepada visi dan misi keluarganya yang ingin meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat,” tuturnya.

Untuk itu, Wahyudi memberikan tiga catatan penting agar bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat, keamanan negara dan tidak membebani generasi.

Selain itu, lanjut Wahyudi, jika pindah ibu kota justru menyebabkan rusaknya hutan dan rusaknya lingkungan alam sekitarnya maka harus dihentikan. Jangan sampai pindahnya ibu kota justru merusak hutan dan lingkungan karena kelak berpotensi menimbulkan bencana banjir dan lainnya bagi manusia. “Apalah artinya bangunan yang megah tapi tidak berkah, bahkan menimbulkan berbagai musibah,” ungkapnya.

Terakhir ia menyebutkan agar pindahnya ibu kota  tidak mewariskan beban dan utang bagi generasi selanjutnya.[] Raras

Share artikel ini: