Mediaumat.id – Direktur Inqiyad Dr. Fahmy Lukman, M.Hum. menyatakan upaya mengaitkan radikalisme dengan agama merupakan kekeliruan yang sangat besar.
“Radikalisme merupakan kategori politik, radikalisme bukan kategori agama. Oleh sebab itu kalangan-kalangan yang mencoba untuk mengaitkan radikalisme dengan agama apalagi dengan Islam maka dia telah melakukan kekeliruan yang sangat besar, yang tentu patut diduga ada motif tertentu,” tuturnya dalam acara FGD #29 FDMPB: Radikalisme dan Terorisme dalam Konstruksi Kebijakan dan Kajian, Sabtu (19/3/2022) di kanal Youtube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Ia mengkhawatirkan motif-motif itu terkait dengan memecah belah kesatuan bangsa ini. Oleh sebab itu dalam perspektif ini maka persoalan-persoalan radikalisme yang ujungnya terorisme, ekstremisme itu perlu didiskusikan.
“Ini penting untuk memantapkan kembali jangan sampai terminologi-terminologi tadi menyasar sebagian kelompok orang atau sebagian kalangan yang mungkin tidak disukai. Mereka melemparkan isu yang tidak bertanggung jawab. Rilis 180 penceramah radikal itu tidak ada satupun yang mengakuinya, siapa pun dia. Itu harus kita pandang sebagai hoaks atau fiktif news, harus diabaikan,” harapnya.
Menurutnya, dakwah adalah penyampaian pendapat dalam konteks pandangan agama yang mengajak siapa pun juga untuk bertakwa kepada Allah SWT. Kalau bertakwa itu artinya mengajak kepada kebaikan bagi rakyat atau bagi penguasa dan menolak tindak kekerasan dalam segala bentuknya, sehingga tidak bisa penceramah itu dikategorisasi sebagai aktivitas radikalisme atau ajakan kepada radikalisme.
“Dalam konteks krisis multidimensional yang hari ini terjadi, kita perlu waspada terhadap tindakan-tindakan yang mengarah kepada ekstremisme, radikalisme dan ujungnya terorisme. Karena motif-motif melempar isu tentang masalah itu memang nampaknya terkait erat dengan motif untuk memecah belah keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita cintai ini,” paparnya.
Dr. Fahmy mengajak para doktor untuk menjaga bangsa ini agar tetap tidak terpecah dan bisa memberikan solusi-solusi yang konstruktif untuk membuat bangsa ini lebih maju dan keluar dari krisis multidimensional dengan pikiran-pikiran yang jernih tanpa adanya pertikaian di antara anak bangsa.
“Kita harus hindari pertikaian. Dan kita tetap harus bersatu di dalam konteks bangsa yang kita cintai ini,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun