Direktur Film JKDN Ungkap Alasan Bikin JKdN II

Mediaumat.news- Direktur film dokumenter sejarah Islam Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) Nicko Pandawa mengungkap alasan dibuatnya film JKDN II. “Karena pada film JKDN pertama itu masih belum lengkap ceritanya. Hanya menceritakan hubungan Khilafah dan Nusantara di awal era Khulafaur Rasyidin sampai ke Utsmaniyah awal zaman Sulaiman al-Qonuni dan Selim II,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (16/10/2021).

Menurutnya, justru hubungan Khilafah dengan Nusantara itu lebih kuat terjadi di tahun-tahun setelahnya. Tepatnya lagi pada tahun 1800-an-1900-an. Itu arsip-arsip, sumber-sumber dan lain sebagainya berlimpah sekali. Dan ini memang harus disampaikan kepada umat. “Jadi, untuk JKDN II ini, insya Allah akan lebih mantaplah,” ujarnya.

Durasi Ekstra

Nicko mengatakan, nilai plus JKDN 2 dibanding film pertama adalah durasi filmnya lebih lama dan lebih apik. “Pada JKDN II ini kita akan menghadirkan durasi yang lebih ekstra. Kalau film JKdN pertama itu kita membuat filmnya berdurasi 58 menit atau sejam, untuk JKDN II kita membuat filmnya ini berdurasi 2 jam, bahkan 2 jam lebih dengan jalan cerita yang dibuat lebih apik,” ungkapnya.

Menurutnya, pembuatan JKDN II ini bukan hanya sesuai dengan sejarah yang ada, tapi lebih apik dari segi adanya pihak antagonis dan pihak protagonis sehingga bisa menyebabkan terjadinya jalan cerita yang lebih seru dan bisa dinikmati.

“Dan dari situ kita bisa memperteguh identitas kita sebagai Muslim. Sebagai kaum Muslim di Nusantara yang selalu berjuang dengan Islam dan selalu berjuang melawan kemungkaran, terutama kemungkaran yang disebabkan oleh kafir penjajah,” terangnya.

Dan yang lebih utama lagi, beber Nicko, sesuai headline utama dari JKdN adalah perjuangan Islam pada saat itu banyak yang terhubung dengan pusat dunia Islam yaitu Khilafah Islamiah.

Spoiler

Menurut Nicko, spoiler JKDN II sebenarnya sudah ada di akhir film pertama. “Waktu JKdN pertama sudah kita munculkan di bagian akhir setelah kredit. Spoiler-nya itu kita akan menghadirkan common enemy Belanda yang memang di Nusantara ini kekuasaaannya itu lebih lama dan lebih langgeng. Lebih kuat daripada kekuasaan Portugis yang kita angkat di JKDN pertama,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia melihat banyak sekali jejak Khilafah yang tersisa dan masih ada. “Tidak hanya berupa arsip maupun makam, tapi juga berupa medali atau pun manuskrip yang ada di Banten,” ungkapnya.

Menurutnya, salah satu surat yang ditulis di Aceh dan dikirim ke Istanbul ternyata menjadi sebuah narasi yang sangat luar biasa tentang perjalanan sejarah negeri ini. “Bagaimana negeri ini berbulat untuk memulai ketaatannya kepada Khilafah Islamiah, bagaimana perjalanan negeri ini di bawah penjajahan Belanda, dan juga bagaimana akhir daripada semua itu,” bebernya.

Ia menyimpulkan, kenestapaan akibat penjajahan itulah yang menyebabkan Sultan Aceh kemudian mewakili sultan-sultan dan segenap raja-raja lain se-Nusantara untuk meminta pertolongan dan memperbarui baiat kepada Khilafah Utsmaniah. “Dan itu, very very mind blowing, insya Allah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini: