(11/12 Adalah Haul Al-‘Alim Al-‘Allamah Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani Rahimahullah ke-46)
Pada Ahad pagi, di awal Muharram 1398 H., yang bertepatan dengan tanggal 11/12/1977 M., seluruh umat Islam kehilangan salah satu tokoh ulamanya yang terkemuka, sang lautan ilmu (bahr al-‘ulūm), dan di antara ahli fiqih kontemporer paling terkenal sepanjang masa, sang mujaddid pemikiran Islam pada abad kedua puluh, yaitu al-Faqih al-Mujtahid al-‘Alim al-‘Allamah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani, Amīr (Pemimpin) sekaligus Muassis (Pendiri) Hizbut Tahrir, rahimahullāh.
Beliau adalah Al-‘Alim A-‘Allamah, Muassis (Pendiri) Hizbut Tahrir, Syeikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mustafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani, yang dinisbahkan pada kabilah Bani Nabhan, di antara orang-orang Arab gurun pasir di Palestina yang menetap di desa “Ijzim” di distrik Safad kota Haifa di Palestina utara. Syeikh Taqiyuddin lahir di desa “Ijzim”, menurut pendapat yang paling rājih (kuat), pada tahun 1332 H. – 1914 M., di sebuah rumah yang diselimuti cahaya ilmu dan agama, yang terkenal dengan kewara’an dan ketakwaannya. Ayahnya, Syeikh Ibrahim, adalah seorang syeikh dan ahli fiqih, yang bekerja sebagai guru ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga sangat paham dan mendalam terkait masalah-masalah hukum syariah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syeikh Yusuf Al-Nabhani.
Profesor Zuhair Kahhalah, yang bekerja sebagai Direktur Administrasi Perguruan Tinggi Pendidikan Islam (Al-Kulliyah Al-‘Ilmiyah Al-Islamiyah) dan telah bersama Syeikh Taqiyuddin sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus tersebut, mengatakan tentang kualitas dan akhlaknya:
“Beliau adalah orang yang jujur, terhormat dan bersih, serta tulus dan penuh energi, jiwanya berkobar dan merasakan sakit atas apa yang menimpa umat ini sebagai akibat dari penanaman entitas Israel di dalam jantungnya.”
Beliau adalah orang yang tingginya sedang dan berpostur kuat, sangat energik, bertemperamen yang tajam, ulung dalam berdebat, kuat dalam berargumentasi, dan tidak kenal kompromi pada apa yang diyakininya sebagai kebenaran. Beliau memiliki janggut sedang bercampur uban. Beliau memiliki kepribadian yang kuat, berpengaruh ketika berbicara, dan meyakinkan ketika berdebat. Beliau benci menyia-nyiakan tenaga, sehingga Beliau sangat mandiri dan percaya diri. Beliau benci jika seseorang sibuk dengan urusan pribadinya, sehingga Beliau bekerja demi kebaikan dan kepentingan umat. Hal itu sebagai bentuk implementasi sabda Rasulullah saw.:
«من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم»
“Barang siapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap urusan kaum Muslim, maka dia bukan bagian dari mereka.”
Bahkan beliau sangat sering mengulang dan mengutip sabda Rasulullah saw. tersebut.
Syeikh Taqiyuddin rahimahullah, dimakamkan di pemakaman Al-Awza’i di Beirut. Beliau rahimahullah wafat sebelum dapat memetik hasil dari jerih payah perjuangannya yang telah dipersembahkan sepanjang hidupnya, yaitu tegaknya negara Khilafah ‘ala minhājin nubuwah. Beliau meninggalkan amahah dan menyerahkannya kepada penggantinya, yang sekaligus sahabatnya, Al-‘Alim Al-Kabir Syeikh Abdul Qadim Yusuf Zallum, yang wafat pada malam Selasa tanggal 27 Shafar, tahun 1424 H., bertepatan dengan tanggal 29/04/2003 M., pada usia delapan puluh tahun. Kemudian Beliau digantikan oleh Al-‘Alim dalam Ushūl Al-Fiqh, yaitu Syeikh Atha Abu Al-Rasytah – Abu Yasin – hafazahullah, Amir Hizbut Tahrir saat ini. Kami memohon kepada Allah Swt. untuk menolongnya dengan kemenangan yang perkasa dan nyata. []