Setelah sebelumnya menentang perluasan NATO untuk memasukkan Swedia dan Finlandia, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampaknya menyerah pada tekanan AS untuk memasukkan mereka. Sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters (26/5):
Juru bicara Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Rabu (25/5), bahwa Ankara mengamati sikap positif terhadap pencabutan embargo ekspor senjata selama pembicaraan dengan delegasi Finlandia dan Swedia yang mengajukan permintaan untuk masuk ke dalam NATO.
“Kami melihat sikap positif terhadap pencabutan embargo produk industri pertahanan selama pertemuan ini. Tentu ini merupakan perkembangan yang menggembirakan,” kata Ibrahim Kalin, Juru bicara Presiden Tayyip Erdogan.
Swedia dan Finlandia telah melarang ekspor senjata ke Turki setelah serangan Suriah terhadap milisiYPG Kurdi Suriah. Kelompok milisi ini oleh Ankara dianggap identik dengan PKK.
Dalam konferensi pers setelah pembicaraan, Kalin juga mengatakan kekhawatiran Turki terhadap terorisme dan harapan tentang langkah-langkah konkret untuk mengatasinya disampaikan kepada rekan-rekannya.
Finlandia dan Swedia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada hari Rabu (18/5/2022), menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022.
Turki mengejutkan sekutu NATO pekan lalu sebab menolak keanggotaan kedua negara, dengan mengatakan bahwa mereka menampung orang-orang yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pengikut Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta 2016.
Semua 30 negara NATO harus memberikan persetujuan mereka sebelum anggota baru dapat diterima dan dengan demikian mendapat manfaat dari jaminan keamanan kolektif.
Salah satu tujuan utama konflik Ukraina, bagi Amerika, adalah memperkuat dominasinya atas Eropa. Penambahan Swedia dan Finlandia ke dalam NATO adalah hadiah besar bagi Amerika, yang mengharuskan AS menekan Turki agar juga menerimanya.
Turki adalah salah satu dari sedikit negara Muslim besar yang tersisa setelah Barat menghasut pembagian tanah kaum Muslim menjadi lebih dari 50 negara, bahkan beberapa di antaranya secara efektif hanya berupa negara kota. Namun negara semisal Turki sekali pun masih mendapati dirinya tunduk pada dominasi Barat, sebabnya, seperti semua negara Muslim lainnya, dikuasai oleh para penguasa antek pengkhianat yang terus menerapkan sistem pemerintahan Barat, dan mengikuti tujuan kebijakan Barat.
Para penguasa kaum Muslim, sadar atau tidak, mereka telah menjadi antek kekuatan asing, meskipun mereka umumnya cukup sadar akan loyalitas luar negeri mereka. Definisi antek dalam politik bukan hanya seseorang yang digaji oleh kekuatan asing, meskipun beberapa memang secara pribadi mendapat keuntungan finansial dari layanan melacurnya. Pengertian antek yang benar adalah seseorang yang menjadi budak kepentingan orang lain, sehingga ia mengorbankan kepentingannya sendiri di atas kepentingan tuannya. Seperti halnya para penguasa lainnya, Erdogan cocok dengan pengertian antek seperti itu. Dia tahu betul apa yang menjadi kepentingan kaum Muslim Turki, bahkan secara terbuka dia mengartikulasikan beberapa kepentingan ini dalam pidatonya. Namun dalam tindakannya, dia menempatkan kepentingan Amerika di atas kepentingan kaum Muslim Turki.
Dengan izin Allah SWT, umat Islam akan segera menggulingkan seluruh penguasa antek ini, dan menggantikan mereka dengan para pemimpin Muslim yang mukhlis, menguasai tsaqofah Islam, sadar politik, serta berdedikasi kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, juga menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan orang lain. Orang-orang seperti itu ada di dalam umat, bahkan sekarang pun sudah ada, namun mereka menolak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan yang menerapkan hukum kufur. Mereka sekarang tengah berjuang untuk menerapkan Islam secara kafah. Dukungan terhadap mereka semakin meningkat dari kaum Muslim dan juga dari orang-orang yang berkuasa. Jadi, hanya masalah waktu saja, sebelum janji Allah terjadi. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang Mulia:
﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nūr [24] : 55). []
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 28/5/2022.