Mediaumat.id – Dewan Pakar Kantor Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur, Dr. Drs. H Basa Alim Tualeka, M.Si. memaparkan negara bisa sukses tanpa perlu adanya pungutan pajak kepada rakyat.
“Bukti-bukti negara yang tidak pakai pajak kan sukses. (Contohnya) Timur Tengah, ini bukti negara yang tidak pakai pajak,” sebutnya saat menjadi salah satu pembicara di Silaturahmi Tokoh: Mewujudkan Kebijakan Publik Mandiri Tanpa Intervensi, Sabtu (20/5/2023) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Karena tidak diberlakukan pajak, harga komoditas di negara tersebut tergolong murah, bahkan untuk kelas barang mewah. Ia menyaksikan sendiri harga mobil tipe sport utility vehicle (SUV) saja, hanya berkisar 100 jutaan.
“Waktu saya umrah dan haji, saya selalu ke pasar mewah. Mobil seperti Fortuner di sana itu cuma 160 juta waktu itu, karena tanpa pajak,” ungkap Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Pun halnya dengan barang lain, seperti sepatu atau kacamata. Ia menyebut, dirinya bisa membeli sepatu bermerek hanya setengah harga jika dibandingkan harga di Indonesia.
“Artinya, dengan negara mengelola kemudian maksimalkan untuk kepentingan rakyat, maka rakyatnya makmur. Sekolah free, digaji juga sama pemerintah,” tuturnya saat memaparkan bagaimana kebijakan negara Timur Tengah memajukan rakyatnya meski tanpa pajak.
Menurutnya, setiap negara tentu memiliki kelebihan yang berbeda. Termasuk Indonesia dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Kuncinya adalah bagaimana memaksimalkan kelebihan tersebut untuk dikelola hingga menjadi sebuah kekuatan.
“Negara bisa atur dengan mengelola. Dan sebenarnya analisa saya dengan pasal 33 itu kan sudah cukup. (Kita punya) emas, nikel, gas, minyak, batu bara, uranium, banyak. Belum hasil ikan, kehutanannya, belum hasil pertaniannya,” terang dia.
Ia justru khawatir, nasib masyarakat negeri ini apabila terjadi resesi yang menimpa banyak negara di dunia. Mengingat Indonesia hingga kini masih ketergantungan pada impor, tidak terkecuali dalam berbagai komoditas pangan. Sebut saja beras, jagung, garam, gandum, daging dan buah yang masih perlu impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kalau tidak impor, maka kita tidak bisa makan. Kenapa? Karena sampai hari ini kita masih tergantung dengan impor,” ia menekankan.
Basa Alim menyarankan agar pemerintah Indonesia bisa belajar kepada negara-negara yang mengembangkan ekonomi dari sektor riil seperti Tiongkok, Thailand, Jepang dan Amerika. Negara-negara tersebut justru kini maju dengan melakukan aktivitas produksi pangan.
“Sekarang bumi ini dikuasai oleh tiga negara besar, dan (terjadi) penghijauan di mana-mana. Amerika, Cina, India. Tiga negara ini yang saat ini paling hebat,” paparnya.
Lain halnya dengan Korea Selatan. Meski tidak punya alam yang bagus, tapi negara ini punya strategi lain, yakni dengan mengembangkan inovasi dan teknologi negara lain.
“Ilmunya dia, negara mana yang bikin barang, dia bikin lebih bagus dari itu. Artinya masing-masing negara itu punya kelebihan. Nah, Indonesia ini punya kelebihan itu kan di hasil alam, kenapa tidak dimaksimalkan?” tukas pria lulusan sarjana di Universitas Muhammadiyah Malang ini.[] Rizky