Mediaumat.id – Desakan Amerika Serikat agar Turki mengirimkan sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia ke Ukraina untuk mengatasi serangan militer Rusia dinilai Pengamat Politik Islam dan Militer Dr. Riyan sebagai strategi proxy war AS.
“AS secara pragmatis tentu tidak mau terlibat dalam perang secara langsung yang tentu akan memakan korban jiwa dan biaya bila masih bisa menggunakan pihak lain (proxy war), dalam hal ini adalah sekutunya, Turki,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (23/3/2022).
Menurutnya, dengan meminta Turki membantu Ukraina, terlihat AS memang mendukung Ukraina dalam posisi AS sebagai pentolan NATO. “Dan penggunaan alutsista Rusia dapat dimaknai dua sekaligus yakni seolah membantu Ukraina melalui sekutunya (Turki), dengan menggunakan senjata musuh (Rusia),” ungkapnya.
Dari sisi AS, kata Riyan, invasi Rusia ke Ukraina adalah sejalan dengan kepentingan utama AS, yaitu untuk melemahkan Eropa, khususnya Jerman. “Sehingga AS tidak perlu terjun langsung, kecuali hanya untuk menyamarkan motifnya,” tegasnya.
Riyan mengingatkan, sebagai negeri Muslim, seharusnya Turki menyadari bahwa dirinya hanya dijadikan alat untuk masuk dalam perang yang tidak menguntungkan dirinya. “Sehingga Turki harus menolak desakan AS tersebut. Bahkan lebih jauh Turki harusnya melepaskan dirinya dari orbit pengaruh AS, bukan malah melayani kepentingan AS,” tandasnya.
Sementara negeri-negeri Muslim lainnya, kata Riyan, seharusnya menyikapi krisis Ukraina ini setidaknya dengan tiga cara. Pertama, melihat konstelasi internasional saat ini yang masih didominasi oleh AS sebagai negara adidaya. “Negeri-negeri Muslim jangan sampai menjadi alat atau kaki tangan AS ataupun negara lain seperti Rusia atau Cina,” ujarnya.
Kedua, negeri-negeri Muslim hari ini harusnya menyadari bahwa invasi Rusia ke Ukraina saat ini adalah bukti munafiknya Barat (AS dan sekutunya) yang seolah-olah mereka pahlawan dengan memberi sanksi ke Rusia tapi juga tidak menolong Ukraina. “Sangat berbeda ketika AS justru membela Israel yang menjajah dan membantai Muslim di Palestina,” ungkapnya.
Ketiga, para pemimpin negeri-negeri Muslim harusnya memutus kepemimpinan AS di dunia saat ini yang menimbulkan petaka dan penderitaan. “Dengan menyatukan kekuatan mereka dalam satu kepemimpinan global, khilafah Islam yang akan mengatur dunia, sebagaimana sebelumnya dengan Islam,” pungkas Riyan.[] Achmad Mu’it