Mediaumat.id – Protes antihijab yang terus berlangsung sejak pertengahan September di Iran menurut Ketua Divisi Politik Internasional Mutiara Umat Institute (MUM) Nahdoh Fikriyyah Islam adalah bentuk ajakan penolakan terhadap syariat Islam dan seruan revolusi liberal.
“Apalagi maksud revolusi yang diinginkan jika bukan untuk seruan liberalisme dan pengakuan sekulerisme yang pro Barat? Padahal sebenarnya sudah sekuler. Agar semakin liberal harus diakui. Oleh karena itu, seruan anti hijab ya seruan kebencian pada syariat dalam term besar yaitu kebencian terhadap Islam,” tuturnya dalam acara dalam acara Mumtaz Pol#2, Protes Anti Hijab Iran: Antara Revolusi atau Liberalisme, Selasa (11/10/2022) di kanal YouTube Tintasiyasi Channel.
Selain itu, lanjut Nahdoh, mereka yang berkepentingan dengan aksi tolak hijab ini tidak lepas dari barisan lawan politik rezim Ibrahimi Raisi juga. Sebab presiden Iran sekarang adalah orang yang dianggap beraliran konservatif. Dan parlemen ulama yang dibentuk oleh pemerintahan Khomeini hingga hari ini dituntut untuk dibubarkan saja.
“Ibarat Iran sebenarnya sudah di mulut harimau mau pindah ke mulut buaya atau serigala. Iran bukanlah negara Islam sehingga tidak layak ditiru dalam penerapannya. Kalau mau berubah total atau revolusi terwujud ya dengan Islam secara kaffah. Kalau tidak, revolusi seperti apa yang diinginkan?” tegasnya.
Menurutnya, defenisi negara Islam adalah negara yang menjadikan syariat Islam sebagai aturan secara totalitas bukan sekadar hijab saja. Negaranya juga menusiawi, dan masyarakatnya bisa melihat Islam sebagai rahmatan lil alamin. Hingga musuh-musuhnya sekalipun bisa merasakannya.
Ia juga merasakan ada aroma islamofobia yang semakin kuat di negeri Muslim khususnya Iran.
“Protes anti hijab yang terjadi di Iran awal mula sebenarnya di latar belakangi oleh kematian seorang pemudia bernama Mahsa Amini (22 tahun) yang diberitakan akibat tindakan brutal aparat kepolisian moral Kota Teheran. Hanya saja kita melihat kenapa kok malah larinya protes antihijab bahkan seruan agar membubarkan parlemen ulama? Jadi, tercium betul ada aroma islamofobia di sana,” katanya.
Ia mengatakan, seharusnya para pengunjuk rasa yang notabene adalah mayoritas Muslim tersebut fokus terhadap tuntutan keadilan terhadap korban tindakan represif aparat tersebut. Sehingga pemerintah Iran menjatuhkan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku karena telah menghilangkan nyawa manusia. Walaupun sebenarnya pihak kepolisian sudah menyatakan kematian Amini diakibatkan serangan jantung, namun keluarga tidak terima. Karena merasa banyak kejanggalan baik perlakuan dan yang mereka temukan.
Ironisnya, justru perjuangan tuntutan keadilan terbelokkan menjadi anti atau penolakan terhadap hijab.[] Witri Osman