Mediaumat.news – Pecahnya demonstrasi anti Israel di Bahrain karena menolak pembangunan Kedubes Israel dinilai sebagai bentuk polarisasi antara rakyat dengan penguasa setempat.
“Kemudian polarisasi ini tentu akan disikapi dengan represif oleh rezim yang berkuasa termasuk Bahrain tentu saja tindakan itu justru akan semakin membuat penguasa Bahrain itu rendah di mata rakyat, dan ini menjadi cikal bakal kejatuhan penguasa Bahrain demikian juga penguasa-penguasa Arab lainnya yang melakukan hubungan atau normalisasi dengan penjajah Yahudi,” ungkap Direktur Forum World on Islamic Studies (FWIS) Farid Wadjdi kepada Mediaumat.news, Sabtu (2/10/2021).
Ke depan, lanjut Farid, polarisasi yang ditambah dengan keadaan krisis seperti ekonomi di negara-negara Arab maka akan memicu Arab Spring jilid 2.
“Itu akan menumbangkan penguasa-penguasa Arab yang dianggap menjadi penjilat dan boneka dari negara-negara imprealis, artinya pengakuan penguasa Arab terhadap Israel akan menjadi pengkhianatan dan akan menjadi jalan mempercepat kejatuhan mereka,” tegas Farid.
Sebelumnya, sebagai bentuk normalisasi, pemerintah Bahrain mengakui keberadaan Israel dengan membuka Kedubes Israel. Pembukaan itu mendapat penolakan masyarakat yang anti terhadap Israel.
Pengunjuk rasa berbaris mengibarkan bendera Palestina dan Bahrain sembari berteriak ‘Matilah Israel!’ dan ‘Tidak untuk kedutaan Israel di Bahrain yang Islami’.
Unjuk rasa di Bahrain tersebut berakhir dengan tembakan gas air mata polisi ke arah demonstran.[] Fatih Solahuddin